Dia hanya menjawab bahwa harga masing-masing pesanan bisa berubah, tergantung bobot barang yang didapatnya dari Pasar.
Seingat Sopikhin, udang yang dijualnya pada saat sebelum viral itu berkisar Rp 150 ribu per porsi. Udang yang dijualnya adalah udang jenis windu, sama seperti pada gambar spanduk yang dipasang di warungnya.
Kemudian, tambah Sopikhin, harga kepiting yang dihidangkan kepada pembeli seharga Rp 175 ribu per kilogram.
Karena besar dan bobotnya berat, harga kepiting telur itu pun dinaikan oleh Sopikhin.
Sedangkan untuk harga cumi, dia mengaku tidak begitu mengingatnya.
"Kalau tidak salah, cumi yang kita hidangkan kemarin seberat 3 KG loh untuk dua orang. Lalu, kepiting yang saya hidangkan kemarin beratnya hampir 2 Kg. Kami kalau menghidangkan masakan tidak akan tanggung untuk pembeli," tukas Sopikhin.
Sang suami mengaku selisih harga dari yang dibelinya di pasar hingga dihidangkan ke pembeli pun tidaklah besar.
Menurut Sopikhin, pihaknya hanya mencari untung sekira Rp 20-30 Ribu dari harga barang-barang semestinya di pasar.
"Kalau soal barang, kami pasti akan jaga kualitasnya. Ini semuanya masih fresh dan segar dari laut. Saya sama istri memang enggak main-main. Kami sudah lama jualan seperti ini," tegasnya, tapi tak menggerutu.
Disinggung soal sepinya pembeli pada Rabu (29/5/2019) malam kemarin, dia merasa santai dan tak ambil pusing.
Sebab, bagi dirinya, sepi dan ramai pembeli sudah biasa dialaminya selama berjualan usaha masakan lamongan seafood itu.
"Saya aneh saja kenapa baru ramai dan viral sekarang. Buktinya, langganan-langganan saya masih datang ke sini beberapa waktu lalu dengan harga yang masih sama. Kalau sekarang sepi, saya sudah biasa. Rezeki sudah ada yang ngatur," akunya.
Pembeli Kaget
Dunia usaha perkulineran atau warung makan kembali digemparkan karena harganya yang fantastis.
Bahkan harga yang dinilai tak lazim oleh masyarakat dan warganet itu menjadi viral di media sosial (medsos).