TRIBUNJATENG.COM - Tanggal 11 September adalah hari penuh duka bangsa Indonesia. Salah satu putra terbaik bangsa yang merupakan presiden ke 3 Republik Indonesia, sekaligus seorang ilmuwan kelas dunia yaitu Bapak BJ Habibie meninggalkan bangsa ini dengan penuh cinta dan berbagai peninggalan monumental untuk kemajuan bangsa.
Sebagai tokoh inspiratif, kepergian Eyang Habibi menuju Sang Khalik, tentu menjadikan kita sebagai warga negara Indonesia berkabung dan menjadikan kita berpikir, apakah kelak ada generasi generasi saat ini yang bisa menjelma menjadi seperti Eyang Habibie?
Guru sebagai salah satu ujung tombak pendidikan, tentu dituntut lebih untuk bisa menghasilkan dan membentuk generasi bangsa menjadi seperti Eyang Habibie yang taat secara agama, menghargai sesama, santun, totoalitas dalam karya dan cerdas baik secara intelektual, sosial, emosional dan spiritual.
Lalu bagaimana usaha yang dapat dilakukan guru agar siswa sebagai generasi penerus bangsa mampu menjadi Habibei Habibie baru di masa depan?
Gerakan KAIT PRESTASI
Ya, gerakan KAIT Prestasi hemat kami adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan guru baik saat pembelajaran atau saat di luar pembelajaran guna membentuk siswa menjadi generasi yang berkepribadian dan bersikap selayaknya Eyang Habibie.
Gerakan KAIT Prestasi ini erat hubungannya dengan penerapan sikap dan karakter guru dalam bersosialisai dengan siswa, erat hubungannya dengan interaksi antara siswa dengan siswa ataupun interaksi warga sekolah dengan unsur lainnya. Sehingga, fokus pelaksanaan gerakan ini untuk membangun generasi Habibie tidak hanya berkaitan dengan intelektual saja, namun juga berkaitan dengan sikap dan psikomotor atau tindakan.
Lalu bagaiman bentuk gerakan KAIT Prestasi tersebut? Gerakan KAIT yang pertama adalah karakter. Karakter yang diharapkan adalah karakter positif baik itu dari guru, siswa, maupun seluruh warga sekolah. Jadi agar sosok Habibie Habibie baru bisa muncul, budaya karakter positif harus sudah terwujud. Sehinga, sikap karakter yang berbudaya dan budaya yang berkarakter bisa teraplikasikan di sekolah.
Bentuk nyata sikap karakter tersebut diantaranya adalah dengan berkata kata santun, berlaku sopan, saling menghargai perbedaan di sekolah, tidak saling mengejek, dan saling menghormati antar warga sekolah dan lain sebagainya.
Selanjutnya adalah inspirasi. Inspirasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilham. Yaitu ilham yang datang pada pikiran manusia dan akhirnya melekat pada jiwa atau hati manusia sehingga agar mampu menginspirasi siswanya, guru juga harus bisa menginspirasi seperti Eyang Habibie.
Bentuk inspirasi yang bisa diberikan guru kepada siswa adalah bisa dalam sikap maupun tindakan serta karya nyata. Inspirasi sikap, guru bisa memberikan kasih sayang ke siswa, saling menghormati antar guru, taat kepada atasan dan lain sebagainya. Inspirasi tindakan bisa berupa sabar, disiplin, dan sebagainya. Lalu inspirasi dalam karya diantaranya guru menciptakan karya inovasi, buku dan karya monumental lainnya yang menginspirasi siswa
KAIT yang ketiga adalah keteladanan. Ada adagium, anak adalah fotokopi orang tua, jika kita kaitkan di sekolah bisa artikan bahwa siswa adalah fotocopy guru. Maka agar siswa bisa menjadi generasi positif, maka guru wajib memberi teladan pada siswa, bisa dalam sikap, karakter dan perilaku. Hal ini sangat penting karena di sekolah guru adalah sosok orang tua bagi siswa dan guru juga adalah figur model yang ditiru oleh siswa. Bentuk teladan nyata yang bisa diberikan guru antara lain adalah tidak terlambat sampai di sekolah, bertutur kata sopan, dan lain sebagainya.
Dan selanjutnya, agar guru bisa membentuk dan membangun generasi yang memiliki semangat dan akhlak seperti Eyang Habibie adalah dengan prestasi. Ya, hemat kami prestasi adalah salah satu unsur penting yang bisa menularkan semangat positif bagi lingkungan sekitarnya.
Prestasi sangat penting untuk memompa motivasi lingkungan agar bisa optimal dalam mempelajari materi pelajaran atau tindakan. Contoh prestasi yang bisa diwujudkan di sekolah antara lain adalah siswa yang berani jujur, baik dalam tindakan maupun perkataan adalah contoh prestasi.
Siswa, guru , dan warga sekolah yang tepat waktu sampai di sekolah adalah juga bentuk prestasi. Siswa yang mendapat nilai bagus di sekolah juga adalah prestasi. Artinya prestasi tidak hanya berkaitan dengan nilai-nilai dan angka angka saja. Tetapi prestasi juga bisa berupa sikap, moral, dan karakter positif yang selalu tercermin dari seseorang dan bisa membekas memberikan efek kecerdasan cinta positif di hati.
Nah, berkait dengan kecerdasan cinta dan prestasi, kita tentu masih ingat kata mutiara dari bapak presiden ke 3 RI ini, “Tanpa cinta kecerdasan itu berbahaya, dan tanpa kecerdasan cinta itu tidak cukup”. Berdasar kata mutiara tersebut, kita bisa ambil pelajaran, bahwa prestasi harus dibarengi dengan kecerdasan yang multi dimensi dan kecerdasan juga harus dibarengi dengan cinta sejati, agar generasi masa depan bisa menjadi pribadi berkarakter yang hakiki.