Haris Azhar lantas menambahkan bahwa tidka hanya pesan di WhatsApp tetapi juga melalui Twitter.
"Tapi itu sekadar WhatsApp. Di Twitter ada yang juga nadanya seperti itu," imbuhnya.
"Tetapi di lapangan yang muncul adalah bahwa ada praktik kekerasan dari segelintir orang, itu iya, tersebar di beberapa waktu yang berbeda, di beberapa tempat yang berbeda, itu iya," ucapnya.
• Johnson Panjaitan Tuding Kabinet Jokowi Korup, Ini Alasannya
• Polisi yang Gerebek Rumah Koruptor Ini Kaget Temukan 13,5 Ton Emas Batangan dan Uang Ratusan Triliun
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Hj Kusmiarsih Istri Mantan Bupati Banyumas Mardjoko Wafat
• Sering Diam, Pria di Jepara Ditemukan Tergantung di Pohon Klayu, Terungkap Masalah yang Dihadapinya
Haris Azhar meluruskan bahwa mayoritas aksi unjuk rasa mahasiswa dilaksanakan dengan damai dan tidak menimbulkan kericuhan.
"Para demonstran ya? Atau dari aparat keamanan?" tanya Rosi.
"Orang yang turun ke jalan, ada yang demonstran, ada juga yang tidak. Tapi mayoritas menurut saya peaceful, tenang dan lancar," jawab Haris Azhar.
"Yang saya mau katakan, penumpang gelap itu harus diperjelas," tegasnya lagi.
Bagi Haris Azhar, kini tuduhan penumpang gelap malah menyudutkan mahasiswa pendemo seolah-olah mereka memang benar-benar ditunggangi pihak tertentu.
"Justru pernyataan-pernyataan penumpang gelap, atau ada yang ingin menunggangi, itu jadi upaya untuk seolah-olah menekan teman-teman mahasiswa ini," kata Haris Azhar,
"Yang padahal menurut saya, mereka sudah murni, sudah baik." imbuhnya.
Setelah itu, Hendrik Dikson memberikan tanggapan
Terkait dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Polhukam, Wiranto adalah kekeliruan semantik.
menurutnya, ucapan Wiranto soal penunggang gelap adalah konteks bernegara.
Sementara pernyataan polri merupakan konteks kestabilan negara.
"Wiranto dengan kekeliruan sematik itu konteksnya dalam bernegara, Wiranto dalam konteks kesatbilan negara, polri berbicara dalam konteks keamanan dalam negeri, tapi ada informasi intelegen," ujarnya.