TRIBUNJATENG.COM- Politukus PDIP, Arteria Dahlan menyebut dosen pascasarjana UI, Professor Emil Salim sesat.
Hal itu terjadi di acara Mata Najwa yang tayang pada Rabu (9/10/19).
Mulanya, Emil Salim mengatakan bahwa revisi undang-undang KPK ini keliru.
Emil Salim menilai bahwa oknum-oknum yang ingin melemahkan KPK maka sama seperti melawan presiden.
"Itu dilakukan KPK terhadap oknum-oknum politik, cuma KPK yang bisa, setiap usaha melemahkan KPK, kami anggap melawan kebijakan presiden yang ingin membangun pemerintahan yang bersih dan berwibawa, isi revisi UU KPK melemahkan," ujarnya.
Emil lantas mengatakan bahwa saat itu presiden Jokowi seolah mengatakan bahwa dirinya berdiri sendiri.
Emil Salim menyayangkan sikap partai pendukung Jokowi.
"Iya presiden menangkap, lalu beliau berkata semua partai mendukung RUU KPK, saya menangkap beliau berdiri sendiri, partai pendukung beliau omong kosong, tidak ada yang mendukung beliau," ujar Emil.
"Kalau betul partai pendukung presiden ingin membantu agar berhasil, mengapa menyetujui RUU yang melemahkan korupsi, KPK berhasil memberantas korupsi," imbuhnya.
Emil Salim lalu mengatakan bahwa presiden merasa tidak ada yang benar-benar mendukungnya.
"Implisit berkata semua partai mendukung RUU KPK, mana-mana yang benar-benar mendukung beliau," ujar Emil Salim.
Lalu, Arteria Dahlan memberikan tanggapannya.
Ia menyoroti soal berhasil atau tidaknya KPK dalam melakukan tugasnya.
"Prof saya ingin katakan pelemahannya di mana, berhasil atau tidak berhasilnya KPK Prof, yang tahu itu kami," ujar Arteria.
"Kenapa begitu? Begitu 2015 kepilih, dia buat grand design, dia buat role map, isinya janji-janji apa yang dia kerjakan."
Disinggungnya bahwa tak ada publik yang tahu apa yang telah dilakukan KPK.
Menurutnya ada banyak tugas yang dilewatkan oleh KPK.
"Publik ini enggak tahu, publik ini terhipnotis dengan OTT-OTT (operasi tangkap tangan), seolah itu hebat."
"Padahal janji-janjinya KPK itu banyak sekali di hadapan DPR yang kita katakan itu 10 persen pun belum tercapai ya Prof," katanya.
Salim lantas menyakan mengenai banyaknya politisi yang masuk penjara sebagai bukti keberhasilan KPK.
"Apa semua ketua partai yang masuk penjara, apa itu tidak bukti keberhasilan KPK," ungkap Salim.
Arteria kemudian mengatakan KPK tak hanya melakukan penindakan.
"Lho, dengan segala hormat saya sama Profesor, Profesor bacalah tugas fungsi kewenangan KPK tidak hanya melakukan penindakan," jawab Arteria.
"Tapi hukum telah dijatuhkan," kata Salim.
Sementara itu Arteria meneruskan bahwa ada tugas KPK lain seperti koordinasi, supervisi monitoring dan sebagainya.
"Bagaimana penindakannya, bagaimana supervisi monitoringnya, koordinasi, ini kan tidak dikerjakan Prof," sebut Arteria.
"Kemudian yang kedua saya ingin katakan untuk dewan pengawas, saya ingin sampaikan biar Prof juga jelas. Kita bicara hukum sama ahli hukum, bicara pidana korupsi sama pidana korupsi. Bukan saya mengdiskreditkan Prof," paparnya.
Ia lantas mengatakan bahwa ada sejumlah peristiwa yang terjadi oleh KPK.
"Biar enggak kaya begini Prof, berita hasil rampas emas batangan diambil seolah ada title KPK, kemudian uang dirampas tapi ternyata enggak masuk ke kas negara. Ini gunanya dewan pengawas," sebut Arteria.
Dirinya kemudian menunjuk kepada seorang di kursi penonton dan memintanya berdiri.
Najwa yang melihat hal itu lantas menghentikan seseorang dari kursinya dan melarangnya untuk maju ke atas panggung.
Arteria kemudian mengaku mengetahui ada kejadian saat KPK yang disebutnya gadungan meminta sejumlah harta kepada orang yang akan diperiksanya.
"Bicarakan KPK gadungan, ternyata pada saat pemeriksaan itu Prof semua orang dipanggilin, 'Kamu mau dipanggil apa enggak dipanggil, kalau enggak mau dipanggil, serahin harta kamu' tiba-tiba begitu ketahuan dan ketangkep dia bilang itu KPK gadungan," paparnya.
"Padahal bukan KPK gadungan, namanya saya sebutin ada semua. Nah Prof orang Sumatera Barat, Rp 6 triliun, dana bencana, kemudian juga masalah KONI, pasar, enggak pernah diangkat, kenapa? Ada banyak lagi, serah terima kelapa sawit, motor-motor besar, siapa yang menerimanya, tanyakan sama beliau."
"Kita hargai capaian-capaian KPK, tapi kita benahi, kita tidak boleh menutup mata," tambahnya.
Salim lalu angkat bicara bahwa ada laporan yang telah dilakukan oleh KPK setiap tahun.
"Begini bung, di dalam undang-undang KPK ada kewajiban menyampaikan laporan," kata Salim.
"Enggak pernah ada laporan Prof," ujar Arteria.
"Tiap tahun dia menyampaikan laporan," tegas Salim.
Kemudian, Arteria Dahlan membatah hal itu.
"Nggak pernah dikerjakan, Mana, prof, saya di DPR prof, nggak boleh begitu prof, saya yang tahu, mana prof sesat, ini namanya sesat," ujar Arteria Dahlan dengan membentak Prof Emil Salim.
(*)
• Ini Tanggapan Gus Mus Melihat Arteria Dahlan Teriaki Prof Emil Salim