TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO – Di Kabupaten Sukoharjo juga berdiri Kasultanan Keraton Pajang, yang pernah mendapat penolakan dari sejumlah pihak Keraton Surakarta saat pendiriannya beberapa tahun lalu.
Viral munculnya Keraton Agung Sejagat (KAS) di Kabupaten Purworejo membuat masyarakat kembali mengungkit rekam jejak sejumlah keraton.
Kasultanan Keraton Pajang berada di Dukuh Sonojiwan, Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.
• Setelah Sekian Lama Bersama Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Berpisah, Bakal Jalani Tes, Gila?
• Misteri Pemilik Motor Fino Tergeletak di Tlogodringo Tawangmangu Terungkap : Depresi Mikir Kuliah
• Gebrakan PSIS Semarang Memburu Pemain Asing Terakhir untuk Liga 1 2020
• Dendam Kesumat Kenny Akbari ke Ibu Tiri Zuraida Hanum yang Membunuh Hakim Jamaluddin
Kasultanan Keraton Pajang dipimpin oleh seorang warga bernama Suradi Suranegoro yang mengklaim dirinya bergelar Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV.
Menurut Suradi, kasultanannya ini eksis selama 12 tahun dan aktif melakukan berbagai kegiatan budaya dengan afiliasi budaya Keraton Pajang kuno.
“Saya tidak kenal, tidak pernah bertemu, dan tidak pernah tahu dengan orang yang mengklaim dirinya sebagai Raja Keraton Agung Sejagat,” katanya saat ditemui TribunSolo.com, Jumat (17/1/2020).
Menurutnya ada lima hal yag mendasar yang membedakan Kasultanan Keraton Pajang dengan Keraton Agung Sejagat.
Di antaranya, Kasultanan Keraton Pajang mendapatkan surat dari KemenkumHAM pada 2011 lalu sebagai Yayasan Kasultanan Keraton Pajang, telah mendapatkan surat dari notaris, selalu melibatkan Pemerintah Daerah dalam setiap kali kegiatan, tidak meresahkan warga.
“Dan yang paling penting, kami tidak pernah menarik atau meminta iuran abdi, kami tidak menjanjikan dan tidak memaksakan pada abdi atau masyarakat," imbuhnya.
Kasultanan Keraton Pajang ini sudah eksis selama 12 tahun belakangan ini, dan hanya bergerak di bidang kebudayaan.
“Memang saya mendapat mandat sebagai Sultan untuk nguri-uri budaya Keraton Pajang,” jelasnya.
Ada tujuh kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahun, yakni Peringatan Malam 1 Suro, Kirab Pusoko, Jumenengan Keraton Pajang, Napak Tilas Joko Tingkir, Haul Joko Tingkir, Wilujengan dan Syawalan.
Jumlah pengageng keraton, abdi dalem atau kerabat sekitar 5000 orang lebih yang tersebar di Sukoharj, Malang, Surabaya, Lamongan, Gresik, Magetan dan Wonogiri.
Dari silsilah sendiri, Suradi mengclaim keturunan trah Ki Ageng Turus, yakni saudara Kebo Kanigoro, ayah dari Joko Tingkir leluhur raja raja.
Kegiatan yang seusai dilakukan Kasultanan Keraton Pajang adalah peresmian Masjid Agung Suro Jiwan.
Seusai merampungkan masjid, ada dua pembangunan fisik yang akan dilakukan yakni pembangunan Keraton dan Paseban.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Makamhaji Agus Purwanto, mengatakan kegiatan di Kasultanan Keraton Pajang aman dan tidak melenceng.
“Setiap kegiatan diketahui warga sekitar, saya melihat kegiatannya masih wajar yakni kegiatan keagamaan dan kebudayaan.”
“Kegiatan yang baru saja dilakukan kemarin meresmikan Masjid, yang dihadiri sejumlah pejabat Kabupaten Sukoharjo,” Kata Agus. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Tak Ingin Disamakan dengan Kerajaan Agung Sejagat, Pihak Kasultanan Keraton Pajang Beri Penjelasan,
• Tak Percaya Warganya tak Punya Beras, Wihaji Langsung Cek Rumahnya, Hal tak Terduga Terjadi
• Inilah Sosok Calon Istri Sule Bukan Kalangan Artis, Berikut 6 Faktanya
• Hasil Indonesia Masters 2020 Fajar/Rian Bermental Juara, Tiga Ganda Putra Lolos Semifinal
• Kisah Anak SD Lolos dari Penculikan Pria Bercelana Robek-robek