Yanti Sebut Tiap Tahun Penjualan Pernik Sembahyang Tionghoa Menurun, Ini Sebabnya

Penulis: budi susanto
Editor: muh radlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah pernak-pernik sembahyangan Tionghoa dipajang di tempat Yanti berdagang, di Pasar Gang Baru, Pecinan Semarang Tengah, Jumat (17/1/2020).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berkah wangi hio seolah tak dirasa oleh Yanti (55), seorang pedagang pernik sembahyangan Tionghoa di Pasar Gang Baru, Pecinan Semarang Tengah.

Emperan rumah yang dijadikan tempat Ia berdagang bertahun-tahun menjadi saksi turunnya penjulan pernak-pernik itu.

Sembari menata dagangannya Yanti berkeluh kesah dengan dua wanita lainya.

Ika Kaget Mobil Innova Reborn Milik Suaminya Raib di Halaman Rumah

Tak Percaya Warganya tak Punya Beras, Wihaji Langsung Cek Rumahnya, Hal tak Terduga Terjadi

Inilah Sosok Calon Istri Sule Bukan Kalangan Artis, Berikut 6 Faktanya

Sempat Pacaran, Ihsan Tarore Ungkap Alasan Tak Jadi Menikah dengan Denada

Ia berharap wanginya bau hio menjadi berkah jelang perayaan Imlek yang akan berlangsung beberapa hari ke depan.

Wanita berambut pendek itu berujar, beberapa tahun terakhir penjualannya semakin menurun, karena mulai hilangnya sembahyangan yang sudah menjadi kultur masyarkat Tionghoa.

Menurutnya, hal itu membuat minat masyarakat untuk membeli pernik sembahyangan berkurang dari tahun ke tahun.

"Hanya masyarakat tionghoa yang berusia lanjut yang masih menjaga tradisi, dan mereka membeli beberapa pernik untuk sembahyangan," kata Yanti, Jumat (17/1/2020).

Di tengah hiruk pikuk aktivitas masyarakat di Pasar Gang Baru, Yanti mangku jelang Imlek penjualan barang dagangannya stagnan.

"Tapi masih saya syukuri karena saya masih diberi kesehatan. Meski tidak seramai beberapa tahun lalu," ucapnya.

Dijelaskannya, hio yang menjadi pernik utama dalam sembahyangan setiap harinya hanya laku 3 sampai 4 bungkus.

"Sebenarnya hio dengan bau paling wangi dengan harga Rp 50 ribu sampai Rp 90 ribu sangat laku jelang Imlek, bahkan pernah laku puluhan bungkus, tapi itu dulu.

Sekarang ya kondisinya seperti ini, sudah mulai menurun," jelasnya.

Dengan penurunan penjualan, Yanti menambahkan akan tetap bertahan, karena wanita 55 tahun itu yakin akan ada buah manis dalam kesabarannya.

"Harapan saya wangi hio bisa saya rasakan dengan meningkatnya penjualan pernik sembahyangan.

Meski mulai lunturnya kultur Tionghoa, saya akan tetap berdagang," tanbahnya. (bud)

Anggaran Sebesar Rp ‎148,7 Miliar, Dinkes Kudus Cuma Mampu Serap 55,18 Persen

PKB Sebut Penegakan Aturan Netralitas ASN di Pilkada Belum Maksimal

Jadwal Bioskop Kota Semarang Jumat 17 Januari 2020, Film Bad Boys For Life Tayang di Seluruh Bioskop

Gelar Istighosah dan Doa Bersama, Bupati Achmad Husein Ajak Warganya Bertaubat

Berita Terkini