Potongan sukun dikukus dan didinginkan sebelum dipotong kecil-kecil.
Pada proses peragian, sukun ditata pada sebuah wadah besar secara berlapis.
Di setiap lapisan ditaburi ragi yang sudah dihaluskan serta sedikit gula pasir.
• Viral di Medsos Video Ningsih Tinampi Meminta Maaf Sampai Menangis Sesenggukan, Ada Apa?
• Inilah Daftar 6 Stadion Piala Dunia U-20 2021 yang Diusulkan ke FIFA, Kecuali Markas Bali United
Olahan sukun ditutup rapat menggunakan plastik hingga 3 hari lamanya.
"Jadi memang awalnya saya iseng saja. Saya pilih sukun, juga karena buahnya melimpah di Kendal."
"Tiga bulan saya percobaan sejak Oktober 2019."
"Gagal terus memang awalnya. Kini saya sudah mantap untuk dipasarkan," terangnya, Minggu (19/1/2020).
Sejak awal Januari 2020, tape sukun karya Wiwid sudah dipesan hingga ke Singapura dan Hongkong.
Wiwid menyediakan 3 jenis kemasan.
Tape sukun kemasan terkecilnya ia jual Rp 4 ribu, Rp 8 ribu untuk kemasan sedang, dan Rp 17 ribu kemasan tebesar.
Tape buatannya alami tanpa pengawet makanan.
Mampu bertahan hingga 4 hari pasca jadi atau sejak mulai dipasarkan.
Dalam setiap sukun mentah ukuran 1,5 kilogram dihargai Rp 5-12 ribu.
• Sekda Yakin Kehadiran KEK Kendal Bisa Tumbuhkan Ekspor Produk Lokal, Caranya Begini
• Kasus Dugaan Rudapaksa di Kendal Belum Clear, Penasehat Hukum Datangi Propam Jateng
Melalui kreasi tapenya, Wiwid bisa meraup untung hingga Rp 15 ribu pada tiap buahnya.
Ia berharap kebiasaannya mengkreasikan makanan unik akan terus berlanjut, terutama dalam memanfaatkan potensi yang ada di Kendal.
"Sebelum ini ada juga dawet sukun ireng, wedang sukun ireng."
"Rencananya saya mau buat rol tape sukun."
"Jadi sukun nantinya tidak hanya dikukus maupun dibuat sriping, namun banyak pilihannya," terangnya. (Saiful Ma'sum)
• Video Parade Kebangsaan di Kendal
• Berpotensi Ancam Ratusan Jiwa, Penanganan Darurat Tanggul Kali Bodri Kendal Diupayakan, Ini Caranya