Human Interest

Kisah Mbah Sumarjo Jualan Herbal Daun Kelor untuk Naik Haji

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kakek Sumarjo (84) menawarkan dagangannya berupa daun kelor herbal di Masjid Raya Baiturrahman Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/2/2020).

TRIBUNJATENG.COM -- Tubuhnya renta karena memang sudah berusia 84 tahun. Meski begitu, Mbah Sumarjo masih rajin jualan Herbal Daun Kelor di area Masjid Baiturrahman Semarang.

Hasil penjualan itu untuk menabung persipaan berangkat ibadah haji.

Tubuh Kakek Sumarjo (84) sudah tampak renta, kulit keriput, tulang menonjol dan gerakan tak lincah lagi.

Meski kondisi demikian, Mbah Marjo tiap hari masih berjualan herbal daun kelor atau Kelor Herbal di area Masjid Raya Baiturrahman, Simpanglima, Kota Semarang.

Mbah Marjo kakek 21 cucu ini tak mau kalah dengan anak muda.

"Setiap hari jualan, tapi kalau sakit saya baru istirahat," tuturnya kepada Tribunjateng.com, Senin (17/2/2020). Dia tak peduli hujan atau panas yang penting terus mencari rezeki. Baginya kerja adalah kegiatan yang menyenangkan.

"Kerja itu mensyukuri nikmat Allah SWT. Jadi diberi nikmat kesehatan untuk bekerja," ucap ayah tiga anak ini dengan lirih. Sumarjo mengatakan tidak terkendala usianya sudah senja.

Dia hanya merasakan pusing, batuk, dan pilek ketika kondisi kelelahan. Namun yang mengganggu aktifitasnya adalah katarak di mata kanannya. Sedangkan mata kirinya lumayan normal hanya sering belekan saja.

"Dokter bilang harus operasi katarak. Anjuran itu sudah lama saya lupa, tapi belum ada biaya, sekarang ada uang tapi buat naik haji dulu. sakit katarak tidak apa-apa, mesti harus disyukuri apapun kondisinya," terangnya.

Dengan kondisi kedua mata tersebut, Sumarjo masih dapat melihat jelas di jarak lima meter, sedangkan jarak jauh dia mengaku pandangan sudah buram.

"Meski sakit katarak kerja itu penting untuk kegiatan biar tetap sehat," jelasnya.

Sumarjo membeberkan memilih tinggal bersama putri dan cucunya di Pandansari Semarang Tengah.

Apalagi setelah istrinya meninggal dua tahun lalu, nyaris tak ada kegiatan Mbah Marjo di rumah makan harus cara kesibukan positif.

Senin siang itu, Mbah Marjo mengenakan baju koko warna biru muda, celana kain hitam, songkok (peci) hitam dengan sandal karet lusuh warna hitam.

Dia bergegas naik ke lantai dua untuk mengikuti salat Zuhur berjamaah di Masjid Baiturrahman, seuzai azan berkumandang.

Halaman
12

Berita Terkini