TRIBUNJATENG.COM - Virus corona (Covid-19) lebih banyak menyerang orang lanjut usia dan orang-orang dengan penyakit penyerta.
Selain dua kondisi tersebut, perokok dan pengguna vape ( rokok elektrik) ternyata juga lebih berisiko mengalami infeksi virus corona.
Temuan tersebut didapatkan dari laporan terbaru publikasi ilmu pengetahuan Scientific American.
• Harusnya Isolasi Mandiri, Ibu di Solo Ini Malah Rewang dan ke Pasar, Kini 17 Rumah Diisolasi
• Kompol Zaenul Kapolsek Pertama di Polrestabes Semarang Bergelar Doktor : Almarhum Pasti Tersenyum
• Makan Malam Berujung Petaka, 1 Keluarga Terinfeksi Virus Corona, Ibu dan 2 Anak Meninggal, 3 Kritis
• Anggota DPRD Blora Marah-marah Dianggap Rendahkan TKW, Judy TKW Asal Cilacap Bikin Surat Terbuka
Kepada Express.co.uk, Imunolog Dr. Jenna Macciochi menyarankan para perokok dan pengguna vape untuk berhenti.
"Jika ada waktu yang paling tepat untuk berhenti merokok, itu adalah sekarang," katanya.
Merokok menekan fungsi kekebalan di paru-paru dan memicu peradangan.
Meskipun sekarang banyak yang beralih menggunakan vape sebagai alternatif dari rokok konvensional, tampaknya vape juga membawa risiko yang sama.
Seperti dilaporkan oleh Scientific American, perokok dan pengguna vape jangka panjang berisiko tinggi mengalami pengembangan kondisi paru-paru kronis, yang telah dikaitkan dengan kasus Covid-19 yang lebih parah.
"Oleh karena itu, para ilmuwan mengatakan wajar jika mengasumsikan merokok dapat meningkatkan risiko pengembangan infeksi Virus Corona yang lebih serius," tulis mereka.
Sebuah studi pracetak di Cina menemukan, bahwa pria lebih mungkin terkena virus corona daripada wanita.
Ini bisa jadi karena lebih banyak pria daripada wanita yang merokok di negara tersebut.
"Merokok adalah salah satu faktor risiko influenza," kata seorang profesor biologi sel dan fisiologi di Chapel Hill, Robert Tarran.
Ia menambahkan, orang-orang yang merokok tertekan kekebalannya sampai batas tertentu.
Tubuh mereka memproduksi lebih banyak lendir.
Kondisi itu tidak membersihkan paru-paru.