TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Ratusan warga penghuni rumah susun sewa (Rusunawa) Bakalan Krapyak menolak keberadaan tempat karantina di sana.
Rencananya Rusunawa Bakalan Krapyak Twinblock (TB) IV akan dijadikan tempat karantina selama 14 hari bagi para pemudik yang datang.
Ketua Paguyuban Rusunawa Bakalan Krapyak Kabupaten Kudus, Agus Wahyu Subagyo menjelaskan, pemerintah daerah dinilai tidak transparan dalam menerapkan kebijakan tersebut.
• Tepergok Berduaan di Kamar Kos, Dua Pasangan Bukan suami Istri Beralasan Tengah Mengisolasi Diri
• Kena PHK Imbas Corona? Begini Cara Daftarkan Diri ke Disnakertrans untuk Dapat Insentif
• Promo Superindo 3-5 April 2020, Diskon Akhir Pekan Cuma 3 Hari! Tetap Jaga Jarak saat Belanja
• Setelah 14 Tahun Konflik, Betharia Sonata Menangis Ceritakan Alasannya Minta Maaf pada Willy Dozan
"Kesannya itu ditutupi, warga di TB IV disuruh pindah tanpa ada alasan yang jelas. Saya saja tahunya baru kemarin, bilangnya penataan saja," jelas dia, disela-sela sosialisasi, Jumat (3/4/2020).
Agus menjelaskan, pemerintah daerah seharusnya memperhatikan masyarakat kecil yang tinggal di sana.
Banyak kelompok rentan yakni anak-anak dan lanjut usia yang tinggal di sana. Sedikitnya ada sekitar 250-270 jiwa yang tinggal di rusunawa tersebut.
Dia khawatir, keberadaan tempat karantina yang berada di tengah lingkungan warga itu akan memunculkan persoalan baru.
"Seharusnya karantina itu di tempat yang jauh dari pemukiman warga, bukan dekat dengan lingkungan warga," jelasnya.
Agus menjelaskan, masih banyak tempat lain yang bisa dipakai sebagai alternatif misalnya taman budaya dan Gedung Olahraga (GOR).
Jika terpaksa menggunakan Rusunawa Bakalan Krapyak, pihaknya meminta pemerintah juga ikut menjamin kesehatan warga.
Misalnya menyediakan hand sanitizer, masker dan multivitamin yang dibagikan kepada warga secara gratis.
"Ini saja belum jelas, tadi saya tanya bilangnya warga disuruh beli sendiri. Seolah kami yang tinggal di sini tidak diperhatikan," ujar dia.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Bakalan Krapyak, Mukhlisin juga ikut menolak keberadaan tempat karantina di rusunawa tersebut.
Menurutnya, lokasi Rusunawa itu merupakan jantung desa yang akan mempengaruhi kondusifitas warga.
"Saya bukannya ingin mendahului, tapi antisipasi jika ada satu saja yang positif. Lalu kami ini bagaimana," ujarnya.