Orangtua lebih mengenal karakter anak
Dalam pembelajaran daring, waktu yang paling banyak tentu saja di lingkup keluarga. Yang biasanya bertemu anak hanya ketika sore hari (jika Full Day School), kini bisa bertemu dan saling berbagi cerita bersama anak setiap waktu. Tentunya hal tersebut juga memunculkan kontra.
Lantas, bagaimana dengan orang tua yang masih sibuk bekerja? Tentunya selalu ada jalan tengah yang harus diambil dengan menimbang resiko. Buatlah kesepakatan antara orang tua dan anak selama pembelajaran daring, berikan reward atau peringatan di setiap sikap dan perilaku anak selama di rumah.
Bagaimana kami tidak takut, jika kami tidak bisa secara langsung mengawasi anak di rumah? Jika yang ditakutkan adalah penggunaan gawai, para orang tua memang perlu mengecek aplikasi apa yang sering dibuka anak selama sehari penuh.
Tidak hanya itu, pengecekan histori tiap-tiap media sosial pun dibutuhkan. Namun, jika yang ditakutkan adalah tidak adanya pengawas di rumah, sehingga anak sendirian, maka boleh jadi meminta tolong kerabat terdekat (yang bekerja/berada di rumah) untuk ikut menjaga anak selama orang tua bekerja di luar.
Kebijakan tersebut dilakukan dengan peraturan kebersihan secara ketat: rajin cuci tangan dengan sabun/handsanitizer, selalu tetap di rumah apa pun alasannya, dan memakai masker apabila sedang sakit.
Bagi orang tua yang berada di rumah, selama anak belajar di rumah ini mampu menjadi waktu untuk mengenal lebih jauh karakter anak. Hal itu dapat dilakukan melalui pengamatan keseharian anak, pola belajar dan bermain, serta berbagi cerita. Temani anak saat pembelajaran daring, atau ketika mengerjakan tugas.
Tampilkan senyuman dan candaan, bukan keluhan. Munculkan pertanyaan-pertanyaan setelah anak mendapatkan pembelajaran daring, seperti untuk apa kamu mempelajari daur hidup makhluk hidup? Mengapa kita harus belajar di manapun dan kapanpun? Apabila tampak ekspresi bosan dari anak, orang tua berusaha menghiburnya dengan mengalihkan ke hal-hal yang digemarinya di rumah.
Untuk kawan-kawan guru
Kawan-kawan guru tentunya sudah berjuang dengan pelbagai cara, terlepas dari kelebihan dan kekurangannya. Setiap memberikan pembelajaran daring atau penugasan, tak lupa mengecek emosional anak ketika di rumah. Hal tersebut sebagai penyeimbang antara kognitif dan afektif. Tanyakan hal-hal sederhana seperti, bagaimana keadaannya di rumah? Masih semangat anak-anak? Apa saja yang mau ditanyakan? Siapa yang sudah kangen di sekolah? Berikan anak-anak waktu untuk berbagi sedikit cerita kepada gurunya.
Tiada satupun orang yang menginginkan wabah covid-19 ini, pelbagai pihak sebisa mungkin tetap menjalinkerjasama, memberikan masukan, dengan kepala dingin tanpa menyalahkan. Berikanlah edukasi covid-19 terhadap orang-orang terdekat kita. Karena setiap kebijakan pasti memunculkan pro dan kontra. Maka, berpikirlah dan ciptakanlah suasana yang positif dan kondusif. Itu semua bertujuan demi kemaslahatan bersama.
Tetap di rumah, kesehatanmu tak ternilai harganya. Semangat dan saling menyemangati dalam melewati cobaan ini. Teruntuk siswa, bersabarlah. Tidak hanya kalian yang ingin bersekolah kembali, guru-guru pun sudah rindu dengan kalian. (*)