TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Ribuan awak angkutan umum di Kota Semarang terancam tak mendapatkan penghasilan. Hal itu dikarenakan wabah Covid-19 yang menyebabkan anjloknya pengguna transportasi umum.
Data dari Organda Kota Semarang, terdapat 955 awak kendaraan angkutan umum yang terdampak Covid-19.
Jumlah itu terbagi dari awak Bus Rapid Transit (BRT), angkutan barang, bus pariwisata, bus penumpang dan taksi konvensional.
Total awak itu belum ditambah dengan jumlah pengemudi angkutan umum perkotaan (angkot).
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Organda Semarang,Bambang Pranoto Purnomo, mengatakan, jumlah pengemudi angkot di Kota Semarang sekitar 2.500 orang.
"Semua terdampak Covid-19, dan mereka tidak bekerja. Khusus bus pariwisata berhenti beroprasi, sedangkan taksi mulai ditinggalkan, angkot pun tinggal 800 pengemudi yang masih beroperasi," jelasnya, Rabu (8/4).
Bambang mengungkapkan, mereka terancam tidak berpenghasilan, padahal ada keluarga yang harus dicukupi.
"Di tengah situasi sulit, pemerintah tidak memperhatikan nasib awak kendaraan angkutan umum konvensional.Ironis memang, karena sampai sekarang ribuan awak kendaraan angkutan umum tidak disentuh pemerintah," paparnya.
Secara tegas Bambang menyatakan, pemerintah membedakan awak angkutan konvensional dengan daring.
"Kok malah awak angkutan berbasis aplikasi diberikan santunan baik sembako dan lainnya, sedangkan yang benar-benar mengikuti regulasi dibiarkan tanpa disentuh sama sekali," keluhnya.
Diakuinya, beberapa hari lalu Dinsos dan Kepolisian meminta data ke Organda terkait jumlah awak angkutan umum.
"Entah mau buat apa data tersebut, kami berharap pemerintah segera mengeluarkan kebijakan untuk membantu. Karena awak angkutan umum konvensional benar-benar terpuruk nasibnya di tengah pendemi Covid-19 ini," tandasnya.
Rudianto, seorang sopir angkot di Kota Semarang, mengaku pasrah dengan sepinya penumpang saat ini.
"Sampai sesiang ini baru bawa 6 penumpang," kata Rudianto, saat berhenti di Jalan Perintis Kemerdekaan, Srondol, Kota Semarang, Rabu (8/4).
Menurutnya, sepinya penumpang sudah terjadi beberapa pekan lalu sejak wabah Covid-19 menerjang Kota Semarang.
"Karena situasi seperti ini banyak pengemudi angkot tidak narik lagi, terutama yang tidak punya armada sendiri. Mau bagaimana lagi, boro-boro setoran, penghasilan untuk dibawa pulang saja sangat minim," jelasnya.
Di tengah percakapan, satu angkot ikut memarkirkan armadanya tepat di depan kendaraan Rudianto.
Usai terparkir, pengemudi berpawakan sedikit gempal menghampiri Rudianto.
Keduanya berbincang tentang kondisi perekonomian angkutan umum yang kian terpuruk.
"Sama sekali tidak ada yang naik dari Pasar Kambing ke Banyumanik. Mau makan apa kalau seperti ini," keluh Setiawan kepada Rudianto.
Sembari menyandarkan lengannya di pintu kendaraan Setiawan mengaku kesal mendengar banyaknya pengemudi angkutan berbasis aplikasi diberi perhatian oleh pemerintah.
"Enak sekali driver angkutan aplikasi diperhatikan dianggap pahlawan lagi, sedangkan kami dibiarkan. Rasanya pemerintah tidak ada perhatian sama sekali dengan kami," ucapnya.
Terkait setoran yang harus dibayar ke pemilik angkot, Setiawan menambahkan, pemilik angkot memaklumi sedikitnya setoran karena wabah virus corona.
"Ya tak tentu, kalau ada sisa saya setorkan ke pemilik angkot kalau tidak ada ya terpaksa bilang jujur karena keadaan. Wong beberapa pekan ini saja setiap harinya tak lebih dari Rp 50 ribu, belum dipotong bahan bakar," tambahnya.
Perlu Program Recovery
Sementara itu, Pakar transpotasi dari Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, menilai pemerintah harus menyiapkan program recovery untuk mengurangi dampak Covid-19 bagi bisnis transportasi umum.
Program pemulihan dan bantuan sangat ditunggu untuk mengurangi dampak keterpurukan bisnis transpotasi di tengah wabah Covid-19. Karena kesejahteraan awak yang ada di dalamnya juga terancam memburuk jika tak cepat ditangani.
"Melihat kenyataan di lapangan, pemerintah terlalu berpihak dan memikirkan kelanggengan bisnis transportasi online," ungkapnya.
Tak bisa dipungkiri mitra angkutan daring menjadi beban negara dan masyarakat, bahkan kini sudah menjadi mitra negara.
Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat miskin, dan kemudahan di tangah pendemi Covid-19, di mana driver angkutan online masuk golongan di dalamnya.
"Harusnya pemerintah juga memikirkan pengusaha transportasi umum, yang kini dipusingkan dengan nasib pekerjanya karena imbas Covid-19," jelasnya.
Menurutnya, jika bantuan diberikan merata ke awak transpotasi umum, dan untuk pengusaha, penutupan akses angkutan umum untuk antisipsi penyebaran Covid-19 bisa sah dilakukan.
"Namun syaratnya kompensasi wajib diberikan, sebagai bentuk hadirnya negara yang berpihak ke semua lapisan, termasuk awak transpotasi umum," tandasnya.
Terminal Sepi
Di sisi lain, imbas sepinya angkutan umum yang beroperasi, juga berdampak pada sepinya terminal bus. Penurunan penumpang terjadi baik pada kedatangan maupun keberangkatan.
Selain terminal di Kota Semarang, Terminal Tipe A Bawen Kabupaten Semarang, juga mengalami hal serupa.
Sutopo, pengatur lalu lintas di Terminal Tipe A Bawen, mengatakan, sebelum terjadinya wabah corona, kedatangan penumpang ke Terminal Bawen bisa mencapai angka 8.000 orang setiap hari. Namun saat ini hanya berkisar ratusan orang saja.
"Armada juga banyak yang tidak berangkat. Penurunan mencapai 75 persen," jelasnya, Rabu (8/4).
Sama halnya dengan kedatangan, angka keberangkatan penumpang juga merosot. Menurutnya sebelum corona terminal itu bisa memberangkatkan 6.000-9.000 penumpang setiap hari. Sejak wabah corona, keberangkatan penumpang merosot hanya sampai 800-an orang saja setiap hari.
"Artinya ada kemerosotan yang sangat signifikan sejak akhir Maret sampai sekarang," jelasnya.
Ia mengatakan jumlah armada yang beroperasi di Terminal Bawen sekitar 80-90 bus dari yang tadinya 300 bus.
Ia pun menuturkan saat ini terminal Bawen menjalankan SOP pencegahan virus corona di area terminal.
Di antaranya menyediakan bilik sterilisasi, pemberian hand sanitizer di beberapa titik di terminal dan juga penyediaan tempat cuci tangan portabel.
"Kami bekerja sama dengan Polres Semarang melakukan pemeriksaan bersama dengan mendirikan tempat sterilisasi dan tes pengecekan suhu badan. Sudah terlaksana. Hingga saat ini belum ditemukan penumpang terindikasi terkena virus corona," jelas dia.
Koordinator Satuan Pelayanan Tipe A Terminal Bawen, Much. Rochim, menuturkan data bulan ini hingga 7 April 2020 ada 5.901 jumlah kedatangan penumpang ke terminal. Sementara jumlah keberangkatan ada 6.444 penumpang.
"Sementara selama Maret 2020 jumlah kedatangan penumpang ada 113.268 penumpang, dan jumlah keberangkatan ada 118.537 penumpang," jelasnya. (bud/ahm)