Berita Semarang

Tren Kasus Kebakaran di Kota Semarang Turun Signifikan Setelah Seruan WFH

Penulis: Akhtur Gumilang
Editor: muh radlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Kebakaran

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jumlah kasus kejadian kebakaran di Kota Semarang pada dua bulan terakhir ini menurun cukup siginifikan.

Salah satu penyebab menurunnya angka kebakaran karena seruan Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah akibat wabah pandemi virus corona Covid-18.

Kabid Operasional dan Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Semarang, Trijoto Poejo Sakti mengatakan, seruan WFH cukup berdampak dalam meningkatkan kesadaran warga selama di rumah.

Trio Perampok Menangis Kena Hoaks Uang Rp 1 Miliar Plus Betisnya Dilubangi Polisi

Bus Bertulis Intruksi Presiden Pulang Kampung Bukan Mudik Melenggang, Ini yang Terjadi di Semarang

Inilah Pembelaan Siti Mutmainah Ibu Kos Pengusir 3 Perawat RSUD Bung Karno Solo

Titik Terang Mulai Kelihatan, Kata Menhan Prabowo Subianto Soal Wabah Corona

Menurut Trijoto, kesadaran yang dimaksud berupa kepedulian warga untuk mengurangi resiko terjadinya kebakaran di rumahnya masing-masing.

"Ya terbukti selama April 2020 ini, kebakaran yang menimpa bangunan perumahan nihil.

Ya meski tidak semua orang WFH, tapi setidaknya sekarang warga lebih sering di rumah timbang di luar.

Dari sana, kesadaran warga akan resiko kebakaran yang ditimbulkan dari arus listrik dan kompor bisa diminimalisir karena sering di rumah," papar Tri, panggilannya, saat dikontak Tribunjateng.com, Rabu (29/4/2020).

Dia menerangkan, berdasarkan data yang dimilikinya, jumlah kebakaran di Maret 2020 mulai turun menjadi hanya 11 kejadian dari Februari 2020 sebanyak 17 kasus.

Kemudian, selama April 2020 ini, angka kebakaran turun lagi hanya menjadi 6 kasus saja.

Selama dua bulan terakhir ini, kata Tri, hanya dua bangunan perumahan saja yang mengalami kebakaran.

Sisanya, kasus kebakaran menimpa bangunan campur dan industri.

"Rata-rata penyebab kebakarannya karena listrik dan kompor.

Sejak Maret 2020 kebakaran karena arus listrik dan kompor turun drastis.

Februari 2020 ada 13 kasus karena arus listrik.

Di Maret turun jadi 7 dan April 4 kasus karena penyebab yang sama," ungkapnya.

Jika merunut 2019 lalu, Tri mengatakan, sebenarnya di bulan Maret dan April adalah fase-fase dimana kasus kebakaran mulai meningkat.

Hal itu dipengaruhi karena masa pancaroba menuju musim kemarau.

Pada data 2019 lalu, angka kebakaran di Maret meningkat jadi 19 kasus dari Februari sebanyak 8 kejadian.

Kemudian di April, kasus kebakaran kian bertambah menjadi 24 kejadian.

"Makanya, kemungkinan besar angka kebakaran turun saat ini karena seringnya warga berada di rumah masing-masing atau WFH.

Dengan begitu, mereka jadi lebih peduli akan resiko penyebab terjadinya kebakaran atas rumahnya masing-masing," jelasnya.

Lebih lanjut, Tri mengungkapkan, turunnya tren angka kebakaran ini tidak membuat para personelnya lamban bergerak.

Dia mengatakan, ada sekitar 30 personel lebih yang disiapkan untuk standby menangani kebakaran.

Kemudian, tambah Tri, sisa personel lainnya ditugaskan untuk membantu Satgas Gugus Covid-19 dalam menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) oleh Pemkot Semarang.

"Jadi, separuh untuk standby kebakaran, separuhnya lagi fokus penanganan corona.

Kita alokasikan setengah total pasukan Damkar untuk penanganan kebakaran karena antisipasi lonjakan kasus jelang memasuki musim kemarau," pungkasnya. (Tribunjateng/gum).

210 Karyawan Kena PHK dan 4.449 Orang Dirumahkan Imbas Corona di Karanganyar

Pengunjung Tak Pakai Masker Dilarang Masuk ke Pasar Pagi Salatiga

2 Pasien Corona di Sragen Sembuh Bersamaan 1 Orang Dinyatakan Positif Covid-19

Masa Belajar Siswa di Karanganyar Diperpanjang, Disdikbud Gandeng Radio Lokal Jadi Media Belajar

Berita Terkini