TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Untuk menjadi legenda, Didi Kempot melakukan perjuangan dari nol.
Kesederhanaan penyanyi kondang campursari Didi Kempot sudah ada sejak dirinya berjuang dari bawah.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Solo Mashuri mengatakan, dahulu Didi Kempot hidup di kos di Kampung Baron Cilik, Kelurahan Bumi Kecamatan Laweyan, Solo.
• BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Hujan Lebat Angin Kencang dan Petir 7-8 Mei 2020
• BMKG Keluarkan Peringatan Tingkat Bahaya Ultraviolet Sinar Matahari UV 7 Mei, Panduan Waktu Berjemur
• Karyanya Melegenda, Ini Foto-foto Rumah Megah Didi Kempot di Solo, Dekat dengan Pak Jokowi
• Pecahan Beton Sampai Masuk Balai Desa, 3 Orang Tewas dalam Kecelakaan Maut di Pringapus Kab Semarang
"Adik iparnya asli situ (Baron) tapi kalau tidak salah kos," jelas dia, Rabu (6/5/2020).
Kehidupan Didi Kempot saat itu sederhana dan sering makan di wedangan seperti nasi kucing dan gorengan.
"Sangat sederhana beliau wedangan kampung sudah biasa," jelas dia.
Bahkan dia sering bertemu Didi Kempt di Kampung Baron Cilik, Kelurahan Bumi, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.
Maka setelah mendengar kabar Didi Kempot meninggal dunia, Selasa (5/5/2020) dia mengaku kaget.
"Saya itu sahabatnya mas Eko Gudel adiknya Mas Didi Kempot, jadi sering bertemu kalau di Baron," kata dia.
Menurut Mashuri, sosok Didi Kempot adalah orang yang gigih menekuni musik campur sari.
Walaupun saat itu nama kakaknya Mamiek Prakoso sudah lebih dahulu naik daun dan menghiasi dunia hiburan.
Namun, legenda campursari Indonesia itu tetap memilih jalannya sendiri, dari jalur musik paling bawah di jalanan.
"Kita dulu sering bertemu di Baron Cilik, di sana ngobrol-ngobrol sedikit," akunya.
"Mas Didi Kempot itu orang yang betul berjuang dengan proses pencapaian sendiri," jelanya.
"Beliau tidak pernah mau menumpang popularitas kakaknya almarhum Mamik ketika beliau belum sukses dan masih berjuang."