TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Dampak dari pandemi covid-19 membuat kondisi Ramadan kali ini sedikit berbeda.
Terutama bagi pelaku usaha kue kering yang biasanya kebanjiran pesanan, kini harus bekerja lebih ekstra keras.
Pelaku usaha kue kering Arini, Arif Nur Habibi, mengatakan, tidak banyak pesanan kue kering dari pasar tradisional karena sepinya pembeli.
• 181 TKI Malaysia Tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
• Ronda Membawa Petaka, Jurus Gaguk Lumpuhkan Orang Tak Dikenal Bikin Masuk Penjara, Korban Meninggal
• Pasien Positif Corona Purbalingga Capai 49 Kasus, Bupati Tiwi Langsung Terapkan Jam Malam
• 16 Pengendara Motor Diminta Putar Balik Saat Tiba di Mangkang Semarang Gegara Tak Pakai Masker
Mayoritas pesanan saat ini hanya melalui daring yang dipasarkannya lewat media sosial.
Saat ini, Arif masih mengerjakan pesanan dari pelanggannya yang targetnya selesai pada hari Jumat (15/5/2020) ini.
"Ini saya masih mengerjakan pesanan kemungkinan selesai Jumat, kecuali nanti ada tambahan pesanan kue kering lagi," ujar dia, saat ditemui di rumahnya, Perumahan Almaya nomor 33, RT 4 RW9, Desa Purwosari, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.
FOTO:
Biarpun masih ada permintaan kue kering, namun produksinya saat ini yang paling turun drastis selama 10 tahun berdiri ini.
Jika biasanya Arif bisa memproduksi hingga dua ton bahan baku pada saat bulan Ramadan, kali ini hanya separuhnya.
"Produksinya turun 40-50 persen, biasanya bisa sampai dua ton bahan."
"Sekarang paling hanya satu ton," ujarnya.
Beruntung, masih ada pesanan daring sehingga tidak membuat usaha musimannya tersebut berhenti sepenuhnya.
Setidaknya, dia masih bisa mempekerjakan sedikitnya lima orang pegawai untuk proses produksi.
"Padahal biasanya sampai 15 orang, tetapi ini saya hanya mempekerjakan lima orang yang membutuhkan kerjaan," jelasnya.
Selain itu, dia juga menyiasati untuk memproduksi kue kering untuk dropshipper yang mau merintis usaha.
Sehingga kue kering yang diproduksi tersebut tanpa ada merek yang melekat, dan bisa diberi merek sendiri.
"Saya juga menyediakan yang tanpa merek, jadi mau diberi merek sendiri juga bisa," jelas dia.
Namun, dia menjualnya secara grosir minimal pembelian satu karton isi 24 toples yang dibanderol Rp 288 ribu.
Sehingga satu toples yang memiliki berat 250 gram itu dijual Rp 12 ribu per buah, jauh lebih murah dibandingkan di pasaran.
"Kalau harganya dibandingkan di pasaran lebih murah, biasanya satu toples itu kalau di toko sampai Rp 30 ribu," jelasnya.
Kendati demikian, di tengah pandemi ini penggemar kue keringnya masih sama yakni kue nastar.
Namun dia juga memproduksi beragam varian kue kering lainnya yang bisa dinikmati pelanggannya.
"Kelebihannya kue kering buatan saya ini menggunakan gula asli dan tanpa pengawet," ujar dia.
Dia berharap kondisi wabah virus tersebut dapat segera berakhir sehingga bisa menjalankan usahanya semula.
Distribusi produknya yang sebelumnya bisa tembus ke beberapa Kabupaten Pati, Jepara dan Demak itu bisa kembali pulih.
"Harapannya bisa kembali pulih sediakala," ujar dia.
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Raka F Pujangga
• 45.000 Rumah Keluarga Prasejahtera di Kudus Ditempel Stiker
• Terekam CCTV Cuma 25 Detik Maling Berhasil Curi Motor Selvia di Kos, Padahal Baru Saja Lunas Cicilan
• Korpri Kota Tegal Bagikan Sembako Kepada Petugas Kebersihan dan Penjaga Keamanan Balai Kota
• Wali Kota Semarang Hendi Sebut Pendistribusian Bantuan ke Masyarakat Bakal Dicatat Satu-satu