Berita Regional

Praktik Kawin Tangkap di Sumba: Citra Menjerit Meronta-ronta saat Diculik untuk Dinikahi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Sumba Tengah Paulus SK Limu menandatangan kesepakatan menolak kawin tangkap pada acara yang diselenggarakan di Waingapu, Sumba (02/07). (BBC News Indonesia)

Citra mengiyakan dan hendak menghidupkan motornya ketika sejumlah orang tiba-tiba mengangkat dan membawanya ke dalam sebuah mobil.

Wanita yang saat itu berusia 28 tahun itu menjerit dan meronta-ronta mencoba melepaskan diri.

"Tapi saat itu ada dua orang yang memegang saya di belakang (mobil).

Saya tidak punya kekuatan," tuturnya sambil mengingat kejadian itu kepada BBC News Indonesia melalui telepon, Senin (6/7/2020).

Dalam perjalanan, ia mengirimkan SMS kepada keluarga dan pacarnya saat itu untuk mengatakan bahwa ia dibawa lari.

"Sampai di rumah pelaku, sudah banyak orang, sudah pukul gong, pokoknya [menjalankan] ritual yang sering terjadi ketika orang Sumba bawa lari perempuan," jelas Citra.

Ritual dan rayuan

Ia mengatakan ia terus melakukan perlawanan dan berusaha untuk mengelak dari ritual-ritual yang dianggap dapat membantu menenangkan perempuan yang ditangkap, seperti penyiraman air pada dahi.

"Saya naik ke pintu rumah adat mereka, biasa ada ritual siram air.

Kalau istilah orang Sumba, ketika disiram air, kita tidak bisa kembali, tidak bisa turun lagi dari rumah tersebut.

Tapi karena saya masih dalam keadaan sadar saat itu, air tidak kena di dahi tapi kena di kepala."

"Terus saya tetap dibawa masuk ke rumah.

Di situ saya protes, saya menangis, saya banting diri, kunci (motor) yang saya pegang saya tikam di perut saya sampai memar.

Saya hantam kepala saya di tiang-tiang besar rumah, maksudnya supaya mereka kasihan dan mereka tahu saya tidak mau," kata Citra.

Ia menambahkan bahwa pihak pelaku mengatakan mereka melakukan hal tersebut karena sayang padanya.

Halaman
1234

Berita Terkini