Berita Regional

Praktik Kawin Tangkap di Sumba: Citra Menjerit Meronta-ronta saat Diculik untuk Dinikahi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Sumba Tengah Paulus SK Limu menandatangan kesepakatan menolak kawin tangkap pada acara yang diselenggarakan di Waingapu, Sumba (02/07). (BBC News Indonesia)

Hal itu dibantah oleh Citra yang menganggap perlakuan itu salah.

Segala upaya dan rayuan dilakukan demi mendapatkan persetujuan Citra dan keluarganya.

"Saya menangis sampai tenggorokan saya kering.

Mereka berusaha memberi air.

Tapi saya tidak mau," tutur wanita yang kini berusia 31 tahun itu.

"Kalau orang Sumba, karena saya biasa dengar, kalau orang dibawa lari begitu, karena masih banyak yang percaya istilah magic - jadi kalau kita minum air, atau makan nasi pada saat itu, kita bisa, walaupun kita mau nangis setengah mati bilang tidak mau - saat kita kena magic kita bisa bilang iya."

Lanjut beberapa hari, Citra masih menolak untuk makan dan minum.

"Karena terus menangis sepanjang malam, tidak tidur, saya rasa benar-benar sudah mau mati," katanya.

Adik Citra kemudian datang membawakan makan dan minum sambil proses negosiasi berdasarkan adat berjalan.

Akhirnya pada hari keenam, keluarga Citra, didampingi pihak pemerintah desa dan LSM, berhasil membawa dia pulang.

'Merendahkan martabat perempuan'

Menurut data yang dikumpulkan Aprissa Taranau, ketua Badan Pengurus Nasional Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi di Indonesia (PERUATI) Sumba, setidaknya ada tujuh kasus kawin tangkap sepanjang 2016 hingga Juni 2020, termasuk kejadian yang menimpa Citra.

Beberapa perempuan berhasil melepaskan diri, sementara tiga di antara mereka melanjutkan perkawinan, kata Aprissa.

Dua kasus yang paling terkini terjadi pada 16 dan 23 Juni lalu, di Sumba Tengah.

Salah satu perempuan akhirnya menikah.

Halaman
1234

Berita Terkini