TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Meski berada di usia senja, semangat Paiyem (80) warga Desa Mungkung, Kecamatan Sidoharjo, Sragen untuk berjualan tidak pernah surut.
Paiyem sehari-hari menjajakan dagangannya berupa gayung, sapu lidi dan tempat beras (tumbu).
Dari rumahnya dirinya selalu berjalan kaki menuju tempat dia biasa berjualan.
• Sekolah Negeri dan Swasta Jateng Miliki Murid di Bawah 60 akan Ditutup, Ini Kata Disdikbud
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Putra Ketiga Mbah Moen Gus Kamil Meninggal Dunia Status PDP Corona
• BREAKING NEWS: Putra Ketiga KH Maimoen Zubair Gus Kamil Wafat
• Ketua KPU Diduga Selingkuh Langsung Diberhentikan: Tak Bisa Jaga Kehormatannya
Setelah subuh, nenek Paiyem mengaku langsung berjalan menuju warung Soto Cimplis Talang Rejo, Sragen Kulon tempat pertama dirinya berjualan.
Sekira pada pukul 10.00, dengan menggunakan sandal jepit Paiyem kembali berjalan menuju tempat kedua dirinya berjualan, depan SPBU Sine Jalan Raya Sukowati Sragen.
Pantauan di lokasi, tak banyak yang membeli dagangan nenek Paiyem, kebanyakan pengendara tidak membeli dagangannya melainkan hanya sekedar memberi uang.
"Matursuwun, mugi paringi rejeki seng katah (terimakasih, semoga diberi rejeki yang banyak)," kata Paiyem lirih kepada pengendara yang memberinya uang.
Meski lebih sering diberi uang oleh pengendara yang melintas, Paiyem mengaku banyak pula yang memborong dagangannya.
Paiyem membeli dagangannya itu di Pasar Bunder Sragen.
Satu gayung milik Paiyem dijual dengan harga Rp 11 ribu, satu sapu lidi Rp 11 ribu dan satu tumbu seharga Rp 14 ribu.
Dalam sehari penghasilan Paiyem tak tentu, namun dirinya mengaku rata-rata mendapatkan hasil Rp 30 ribu.
Ketika ditanyai apa alasannya terus berjualan, Paiyem menyampaikan ingin mencari hiburan dan tidak hanya berdiam diri di rumah.
"Jualan niki ge hiburan, mengke artone dingge putu-putu, putune kulo katah mengke pas bakdo diparingi (jualan ini buat hiburan, nanti uangnya buat cucu-cucu, cucu saya banyak, nanti waktu lebaran dikasih)," kata Paiyem.
Paiyem menuturkan memiliki 5 anak, cucu 10 dan buyut 6.
Paiyem tinggal dengan salah seorang anaknya di Mungkung, sedangkan sang suami telah meninggal dunia.