TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Salatiga menggagas program Pertanian Berbasis Pariwisata (Nianista).
Hal tersebut terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan sejumlah narasumber mulai akademisi, penyuluh pertanian, pelaku pertanian dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait kepariwisataan.
Kepala Dispertan Kota Salatiga Nunuk Dartini mengatakan sesuai rencana pilot projeck Nianista akan menempati tanah bengkok bekas lahan tanaman sengon dan rumput gajah di Kelurahan Kecandran, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.
• Kisah Pengakuan PSK Online Semarang: Dari Ayam Kampus hingga Jadi Karyawati, Kini Coba Jualan Baju
• PKS Incar Purnomo untuk Tantang Gibran di Pilkada Solo, Tidak Menolak Tapi Belum Mengiyakan
• Viral Dua Sejoli Berbuat Jorok Lupa Menutup Tirai Gorden Hotel, Jadi Tontonan Warga
• Viral Lamaran di Batang, Bawa Mobil dan Isi Rumah
"Pelaksanaan FGD sendiri bertujuan adanya masukan dari berbagai pihak untuk pengembangan program nianista selanjutnya," terangnya kepada Tribunjateng.com, di lokasi pilot projeck, Selasa (28/7/2020)
Menurut Nunuk, FGD yang dilangsungkan hari ini merupakan bagian dari tahapan kajian yang telah dilakukan bersama Prodi Pariwisata UKSW Salatiga, paguyuban petani Salatiga, dan pelaku wisata.
Ia menambahkan, program nianista diyakini dapat meningkatkan perekonomian petani. Kondisi wilayah pertanian Salatiga yang sempit dinilai perlu sebuah inovasi dan optimalisasi lahan bentuknya antara lain melalui pariwisata.
"Sehingga bisa dinikmati petani atau pengunjung. Karena bentuk optimalisasi menurut kami tidak harus lahan itu ditanami semua, tetapi adanya diversifikasi satu diantaranya pariwisata," katanya
Dikatakannya, seluruh pelaku pariwisata yang terlibat lanjutnya adalah para petani atau warga lokal sekitar lokasi wisata berada. Secara sederhana, sambil menunggu masa panen tiba para petani dapat penghasilan lain melalui kegiatan kepariwisataan.
Pihaknya menyatakan, apapun yang dijual komoditinya juga berasal dari hasil panen warga. Meski demikian, tidak meninggalkan unsur modern, hanya saja melihat tren orang kembali ke alam akan lebih banyak diarahkan outdoor.
"Harapan kami konsumen tidak hanya lokal, tetapi mancanegara. Nanti dilokasi akan dilengkapi area permainan, ruang diskusi. Nah, ini sifatnya masih pilot projeck. Kecamatan lain yang ada potensi juga akan kami kembangkan," ujarnya
Nunuk menjelaskan, biaya membangun model nianista diakui tidaklah sedikit. Meskipun demikian, dia optimis dapat terlaksana dengan baik apabila dikerjakan serius.
Secara umum Dispertan Kota Salatiga memiliki sentra pertanian, perikanan, dan perkebunan yang cukup memadai hanya kurang dikonsep kekinian.
"Misalnya orang ingin melihat pola budidaya ikan ada di wilayah Tingkir, lalu beragam jenis tanaman di kebun Noborejo atau Pulutan. Itu perlu dikelola secara profesional, dan kami harap akan meningkatkan kesejahteraan petani," jelasnya
Akademisi UKSW Salatiga Rini Kartika Hudiono memandang potensi pariwisata berbasis pertanian atau disebut dengan ecotourism sangatlah besar nilai ekonominya.
"Karena itu pariwisata diharapkan menjadi sektor andalan penyumbang devisa bahkan menjadi leading sector yang akan menggantikan minyak dan gas bumi," ucapnya