TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Di atas ranjang yang spreinya sudah kusam, Ahmad Fauzan (8), warga Rt 1 Rw 7 Dusun Krajan Desa Brengkok Kecamatan Susukan duduk bersandar guling.
Di depannya, ia memangku bantal untuk sandaran tangan.
Bantal empuk itu sekaligus jadi alas untuk seperangkat alat menggambar.
• Ganjar Pranowo Senyum-senyum Sendiri Baca Surat dari Kayla, Putuskan Datang ke Salatiga: Ini Unik
• Hari Bahagia Sekejap Berganti Duka, Calon Pengantin Pria Tewas Ditonton Mempelai Wanita Jelang Akad
• Viral Pernikahan Ibu Kandung dengan Ayah Mertua: Suamiku Jadi Kakak Tiriku
• 1 Tewas dan 24 Luka Dalam Kecelakaan di Kota Semarang, Ini Kata AKBP Yuswanto Ardi
Ia hanya butuh kertas putih, pensil dan setip pasangannya.
Fauzan menciptakan kenyamanannya sendiri untuk melukis di dalam kamar.
Di situ, ia mulai berselancar di lautan imajinasi.
Bukan panorama alam yang ia lukis seperti gaya lukisan anak pada umumnya.
Fauzan melukis tokoh wayang yang tidak lazim digambar anak sebayanya.
Di samping tingkat kerumitan yang tinggi, dunia pewayangan kurang populer bagi anak masa kini.
Tapi Fauzan mampu melakukannya.
Ia lincah menggerakkan jemarinya yang mungil untuk melukis tokoh wayang.
Matanya tajam mengarah ujung pensil yang lancip.
Keheningan kamar membuatnya lebih berkonsentrasi.
Setelah ratusan kali pensilnya menari, ia berhasil menghidupkan tokoh wayang Hanoman di lembaran kertas putih.
"Anak itu punya bakat melukis, terutama wayang,"kata Ketua The Plegia Banjarnegara Nugroho Purbohandoyo (7/8)