Berita Jateng

Cegah Stunting, TP PKK Klaten Kenalkan Bubur Cafe

Penulis: Muhammad Sholekan
Editor: muh radlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua TP PKK Jawa Tengah, Siti Atikoh Ganjar Pranowo ketika berdialog dengan Ketua TP PKK Klaten Sri Harjanti mengenai stunting secara daring, Rabu (30/9/2020).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Masyarakat mempunyai banyak cara dalam mencegah stunting, seperti yang dilakukan di Kabupaten Klaten.

Dalam pencegahan stunting itu, satu di antara yakni dengan adanya bubur Baby Cafe, yaitu penyediaan bubur yang sarat dengan gizi yang baik untuk bayi di bawah satu tahun.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Klaten, Sri Harjanti mengatakan, berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO, stunting merupakan gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.

Warga Tolak Kandang Ayam di Desa Panjang, Pemilik Ngotot Minta Ganti Rugi 500 Juta

Tegaskan Tak Bully Terawan, Najwa Shihab: Di Amerika, Menghadirkan Bangku Kosong Sudah Biasa

Ketua Selebriti Anti Narkoba Resmi Jadi Tersangka Dugaan Penipuan Tas Hermes Ibunda Rachel Vennya

Viral Air Laut di Pantai Benteng Portugis Jepara Surut Jauh Mirip Tanda-tanda Sebelum Tsunami Datang

Oleh karena itu, menurutnya, bubur Baby Cafe menjadi satu di antara terobosan untuk mengurangi angka stunting, utamanya di Kabupaten Klaten.

“Kita ada Baby Cafe, tempat menyediakan bubur dengan empat bintang (mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, dan ditambah sayuran) yang direkomendasikan untuk memberi asupan gizi ke anak di usia satu tahun ke bawah,” kata Harjanti dalam dialog langsung melalui Instagram bersama Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, Atikoh Ganjar Pranowo melalui akun @atikoh.s, Rabu (30/9/2020).

Pemilik akun @atik.mira yang juga Ketua Dharma Wanita Klaten ini menambahkan, bubur Baby Cafe tersebut dibuat disesuaikan dengan tingkat usia bayi.

Seperti halnya bubur untuk bayi berusia 6 sampai 7 bulan akan beda tingkat kekasarannya dengan bubur yang dikonsumsi untuk bayi usia delapan sampai sembilan bulan. Begitu juga tekstur bubur untuk bayi berusia 11 bulan yang semakin kasar.

Harjanti menambahkan, bahan bubur yang tersedia di Baby Cafe terdiri dari beras, protein hewani, nabati, sampai dengan campuran umbi-umbian. Sehingga dengan adanya bubur Baby Cafe, lanjut Harjanti, maka ibu-ibu yang malas, repot, dan tidak sempat membuatkan bubur untuk bayinya, tetap bisa memberikan bubur bergizi untuk bayi.

“Ibu-ibu biasanya beli bubur biasa yang putih, tidak ada gizinya, tidak ada karbohidratnya, dan diberi perasa. Padahal anak bayi kan pengenalan rasanya bertahap,” tuturnya.

Bubur itu, menurutnya, sejauh ini baru dikembangkan di Desa Pandes, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Sehingga bubur sebatas baru bisa dibeli warga setempat atau kecamatan terdekat, seperti Gantiwarno dan Klaten Selatan.

Dia menyampaikan, bubur tersebut dijual dan dikelola oleh PKK Pandes. Selain menjual bubur, petugas PKK juga memberikan edukasi kepada pembeli kaitannya dengan pentingnya makanan bergizi untuk bayi.

“Saat sebelum pandemi diberi edukasi langsung. Karena pandemi, maka saat ada keluhan bisa tanya di grup percakapan melalui WhatsApp atau tanya bidan desa,” tambahnya.

Tidak hanya itu, lanjut dia, PKK Klaten juga mengadakan cooking class kepada ibu. Sehingga, mereka tetap bisa mengolah makanan bayinya sendiri jika memang tidak ingin membeli bubur di Baby Cafe.

Harjanti mengungkapkan, kehadiran bubur di Baby Cafe telah membuat gizi anak-anak setempat membaik. Sehingga, hal itu turut mengurangi angka stunting di Klaten.

Dia mengakui, meski Klaten merupakan lumbung pangan, namun masih ditemukan kasus stunting. Karena itu penanganannya butuh keterlibatan pihak terkait.

Halaman
12

Berita Terkini