Berita Internasional

Selama Pandemi Covid-19, Kekerasan Seksual di Jepang Melonjak

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNJATENG.COM, TOKYO - Selama pandemi Covid-19, pusat-pusat dukungan di Jepang dihubungi lebih dari 23.000 kali oleh para korban kekerasan seksual.

Persisnya antara April hingga September.

Jumlah tersebut naik 15,5 persen secara tahunan, seperti disampaikan media setempat, mengutip pernyataan seorang menteri di Kabinet Jepang pada Jumat (6/11/2020).

Baca juga: Viral Video Syur Mirip Gisel di Twitter hingga Trending, Tagar Skandal Juga Menyusul

Baca juga: Inilah Sosok Syarifah Najwa Shihab Putri Cantik Habib Rizieq FPI Segera Menikah, Jadi Alasan Pulang?

Baca juga: Setelah Beli 4 Rumah Tetangga, Raffi Ahmad Sponsori Liburan Para Artis Ke Sumba

Baca juga: Setelah Tobat Jadi Preman dan Masuk Kopassus Untung Pranoto Masih Ditolak Calon Mertua, Ini Kisahnya

Dalam sebuah konferensi pers terkait hal itu, Seiko Hashimoto, menteri yang bertanggung jawab atas kesetaraan gender, mengatakan pusat-pusat dukungan didirikan di setiap 47 prefektur di Jepang.

Fasilitas tersebut berfungsi untuk membantu para korban kekerasan seksual yang melapor lewat telepon, surat elektronik (e-mail), atau datang langsung yang totalnya mencapai 23.050 kali, lapor Kyodo News.

"Lebih banyak orang perlu memahami berapa banyak wanita yang menjadi korban kekerasan seksual di tengah pandemi Covid-19, dan pemerintah harus memberi dukungan kepada mereka secara memadai," ujar sang menteri dalam konferensi pers tersebut.

Sebagian besar kontak yang dilakukan oleh para korban ke pusat dukungan itu pada Agustus tercatat 4.456 kasus, naik 895 dibandingkan bulan yang sama tahun lalu sebagaimana dilansir dari Xinhua.

Perlu diketahui juga bahwa sejumlah pelaku penyerangan terhadap para korban bukanlah pasangan atau orang yang tinggal serumah dengan mereka, tapi orang yang mereka temui di situs media sosial, aplikasi kencan, dan situs web.

Data tersebut juga menyoroti bahwa seiring dengan penyebaran pandemi yang memaksa adanya perubahan gaya hidup, termasuk bekerja dan belajar dari rumah, para korban dapat terjebak dengan pelaku di rumah untuk waktu yang lama tanpa mampu melarikan diri dengan mudah.

Waktu yang dihabiskan di dalam ruang yang sempit juga berkontribusi atas peningkatan jumlah kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga pada umumnya, papar pusat dukungan itu.

"Penting untuk segera memberikan dukungan medis, hukum, dan mental kepada korban penyerangan," imbuh Hashimoto. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Korban Kekerasan Seksual di Jepang Melonjak Selama Pandemi Covid-19"

Baca juga: Fiersa Besari Masuk Daftar Blacklist TN Gunung Rinjani, Berikut Ini Pengakuannya

Baca juga: Gara-gara Pengalaman Buruk, Remaja Ini Biarkan Rambutnya Tumbuh hingga Jadi yang Terpanjang di Dunia

Baca juga: Real Madrid Umumkan Dua Pemainnya Eden Hazard dan Casemiro Positif Covid-19

Baca juga: Badan Antariksa Rusia Akan Buat Film di ISS: Kami Perlu Menemukan Lebih dari Sekedar Artis

Berita Terkini