“Hingga saat ini kami sepertinya sudah terbiasa. Yang perlu kami perhatikan agar menenangkan diri secara emosional. Lalu tiap selesai tugas kami mandi dan ganti baju, kemudian baru pulang ke rumah masing-masing,” ujarnya.
Tri mengatakan, sebagai petugas yang memiliki resiko tinggi terpapar Covid-19, ia benar-benar menerapkan secara ketat protokol kesehatan.
Ia pun mengimbau keluarganya untuk menerapkan itu. Mulai dari memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Tri juga meminta keluarganya untuk sedikit menjaga jarak.
“Alhamdulillah keluarga saya tidak begitu khawatir. Karena ini sudah menjadi konsekuensi dari pekerjaan saya. Yang terpenting saya dan keluarga sudah menerapkan protokol kesehatan secara banar,” jelasnya.
Tri bersyukur, pihak rumah sakit memberikan keringanan petugas pemulasaran jenazah dengan menjalin kerjasama dengan BPBD Kota Tegal.
Kerjasama itu meringankan beban pekerjaan petugas.
Petugas pemulasaran hanya mengevakuasi dan membersihkan hingga masuk ke dalam peti.
Kemudian petugas dari BPBD Kota Tegal mengantarkan peti jenazah ke pemakaman hingga menurunkannya ke liang lahad.
“Alhamdulillah Oktober akhir pihak rumah sakit menjalin MoU dengan BPBD Kota Tegal. Kami mengevakuasi sampai pemulasaran. Untuk petugas BPBD mengantarkan jenazah sampai ke pemakaman,” katanya.
Berharap Pengertian Masyarakat
Selama mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman, Tri kerap mengalami kesulitan dalam memahamkan masyarakat tentang standar prosedur pemakaman Covid-19.
Ia mengatakan, di Kota Tegal sendiri tidak ada penolakan secara ekstrem.
Beberapa masyarakat hanya menanyakan mengapa keluarganya dimakamkan dengan prosedur Covid-19.
Untuk penolakan secara fisik tidak pernah dialami, hanya penolakan secara lisan melalui umpatan-umpatan.