TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Beberapa saat setelah membunuh DF (17) di Hotel Frieda, Bandungan, Sabtu, (14/11/2020), tersangka Dicky (19) pergi ke Desa Bolo, Kecamatan Demak, untuk mendatangi Chilmi Nurul Izza yang saat itu sedang bermain di rumah temannya.
Setiba di Bolo, kata Nurul, pakaian Dicky sudah lusuh dan kotor.
Dia juga melihat Dicky terlihat gemetar.
Baca juga: Salah Jalan Pulang Takziah, Soemadi Tewas Kecelakaan Terlindas Truk di Semarang Saat Menyeberang
Baca juga: Respons dr Tirta Soal Viralnya Konvoi Kampanye di Pekalongan Tanpa Protokol Kesehatan
Baca juga: Cerita Mistis Warsino Gilo Gilo Keliling Malam di Semarang Tengah Dihadang Pria Bermuka Rata
Baca juga: Suyadi Pak Ogah Perlintasan Kereta Kaligawe Semarang Kerap Dengar Tangisan Minta Tolong
"Saya tanya, kamu habis ngapain.
Dia jawab, baru bangun tidur di Farkan ( teman tersangka)," katanya.
Nurul juga menceritakan, Dicky memaksanya ikut ke Surabaya.
Dia memaksa dirinya agar juga PKL di Surabaya dan membatalkan niatnya untuk PKL di Majenang, Cilacap.
Dalam memaksa itu, tutur Nurul, Dicky juga memberikan ancaman seumpama tidak mau ikut ke Surabaya.
"Diancam dia bakal nyebarkan informasi kalau aku sudah tidak perawan ke dosenku dan teman-temanku kuliah," cerita Nurul kepada Tribun Jateng, Rabu, (18/11/2020).
Karena kondisi terancam dan ketakutan Nurul tidak bisa berkutik.
Apalagi saat itu, kata dia, ancamannya menyangkut hal sensitif.
Terkait ancaman itu, Nurul bisa memastikan bahwa ancaman tersebut tidak benar.
Namun, dia tidak ingin hal buruk terjadi terhadap dirinya, dia menuruti permintaan Dicky.
Sekira pukul 16.30 WIB, mereka dengan berkendara sepeda motor menuju Kota Pahlawan tersebut.
Minggu, (15/11/2020) sekira pukul 01.00 WIB dini hari mereka tiba di Surabaya.
Siang harinya, Nurul ke warung milik sepupunya, Gilang.
Dia berada di sana mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Pada sore hari itu, Dicky mengajak Nurul ke kos orangtuanya, namun Nurul menolak.
"Aku tidak mau ikut
Dicky, lalu Dicky marah-marah di warung, saya ditendang.
Dik Gilang tahu, Mak (Mbahnya Gilang) juga tahu."
"Aku menolak karena curiga dengan dirinya.
Aku tetap tidak mau, sampai nangis-nangis di warung," ujarnya.
Setelah itu, Nurul akhirnya bisa bertahan dengan keputusannya.
Ia tetap tinggal di rumah Gilang dan menginap di sana.
Lalu pada Senin, (16/11/2020) pagi, Dicky datang ke rumah Gilang menjemput Nurul untuk kembali ke kos orangtuanya.
"Aku cuma masuk sebentar ke kosnya, terus minta keluar.
Aku minta ke konter Mbak Sri, (tantenya Dicky) yang berada di depan kosnya,"
Menurut Nurul, dia berada di konter Mbak Sri hingga menjelang sore hari.
Setelah itu dia pergi membeli sabun dengan Dicky.
Setibanya dari membeli sabun sekira pukul 16.00 WIB, rombongan polisi datang dan berhenti di depan kos Dicky.
Laki-laki berusia 19 tahun pun ditangkap dan langsung digelandang polisi.
Nurul yang tidak tahu apa-apa hanya bingung dan menangis.
Dia juga ikut dibawa ke kantor polisi.
Di sanalah dia tahu apa yang dilakukan Dicky sebelumnya, dia telah tega membunuh tetangganya sendiri DF.
Setelah selesai diminta keterangan dan diinterograsi, sekira pukul 23.00 WIB, Nurul dan tersangka Dicky menuju perjalanan ke Polres Semarang.
Sekira pukul 02.30 WIB, rombongan yang membawa Dicky tiba di Polres Semarang.
Di kantor polisi itu, Nurul sudah ditunggu orangtuanya yang mengurus kepulangannya.
Karena tidak terlibat dalam perkara ini, dia pun bisa langsung pulang ke Kecamatan Karanganyar, Demak, bersama orangtuanya.
Nurul menjelaskan, hubungan dia dengan Dicky seperti keluarga.
"Dia diangkat anak bapakku.
Dia juga tinggal di rumahku.
Dia itu seperti adik saya," tuturnya.
Namun, dalam beberapa hal, Dicky keblalasan.
Seperti, kata Nurul, memaksa menggunakan hp Nurul lebih dari 1 bulan dan menyadap semua akun media sosialnya.
Tak hanya itu, ternyata Dicky juga pernah melakukan kekerasan fisik kepada Nurul.
"Aku pernah disiksa sampai badanku gosong.
Aku juga pernah diancam pakai pisau," imbuhnya.
"Dia juga sering ngancam saya, dan mau menyelakai bapak saya."
"Awas kamu ya.
Bapakmu nanti aku habisi.
Apalagi bapakmu di Surabaya.
Saya bisa nyuruh teman untuk menghabisinya," ujar Nurul menirukan ancaman Dicky kepadanya.
Pengalaman kekerasan fisik dan ancaman yang ia terima, kata Nurul, membuatnya tidak berkutik ketika ia diajak ke Surabaya.
Dia menyadari setelah kejadian pembunuhan yang melibatkan Dicky, banyak komentar miring dari masyarakat terhadap keluarganya.
"Buat teman-temanku yang kenal aku sama Dicky, yang sering lihat bareng.
Aku itu benar-benar tidak tahu masalah ini.
Aku sebagai dan korban juga tidak tahu apa-apa.
Aku minta maaf sama teman-teman yang pernah aku repoti sama Dicky."
"Kalau ada berita simpang siur jangan didengar.
Soalnya dari pribadi, berita itu tidak benar semua.
Dikira aku ada sangkut pautnya.
Padahal jelas-jelas aku tidak ada sangkut pautnya.
Meskipun aku sering sama Dicky, tapi aku tidak tahu apa-apa masalah ini."
"Buat teman-teman yang tahu jelas, mending langsung ke rumah atau tanya langsung sama saya atau abah saya.
Itu lebih baik dari ngomong yang tidak-tidak," pinta Nurul kepada teman-teman dan orang yang mengenalnya.
Respons Ayah Angkat
Saat ikut mendoakan DF di rumah duka, Kalimi belum mengetahui bahwa penyebab tewasnya perempuan berusia 17 tahun ini adalah anak angkatnya, Dicky Ramadhani.
Berita pembunuhan yang melibatkan keluarganya baru ia ketahui beberapa jam kemudian, setelah sekira Senin, (16/11/2020) pukul 19.30 WIB ada seseorang mendatangi rumahnya dan meminta dia menjemput anaknya di Polres Semarang.
Saat mendengar kabar itu, Kalimi bingung apa yang menimpa anak perempuannya Chilmi Nurul Izza (21), sehingga berada di kantor polisi.
Ditemani kerabatnya, Kalimi menuju Polres Semarang.
Sesampai di sana, ia diberitahu bahwa anaknya masih dalam perjalanan dari Surabaya menuju ke Semarang, bersama rombongan anggota kepolisan Polres Semarang dan tersangka Dicky Ramadhani (19), pelaku yang membunuh DF di Hotel Frieda, Bandungan, Kabupaten Semarang.
Selasa, (17/11/2020) sekira pukul 02.30 WIB, rombongan tiba di Polres Semarang.
"Lho anaknya saya izinya PKL ke Majenang, ini kok ke Surabaya," cerita Kalimi kepada Tribun Jateng, Rabu, (18/11/2020) menirukan perkataannya kepada polisi saat mengetahui kabar tersebut.
Dari situ kemudian Kalimi mengetahui bahwa Dicky terlibat kasus pembunuhan dan dalam pelariannya ke Surabaya ia mengajak Nurul, panggilan anak perempuan Kalimi.
Saat diajak ke Surabaya, Nurul tidak mengetahui kalau Dicky baru saja membunuh orang.
Karena tidak terlibat dalam perkara ini, pihak kepolisian pun mengembalikan Nurul ke orangtuanya.
Sekira subuh, Nurul dan orangtuanya sudah tiba di rumah, di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak.
Setelah mengetahui peristiwa nahas itu keluarga Kalimi syok berat.
Di lingkungan sekitarnya, Kalimi dikenal sebagai bapak angkat Dicky.
Dan, jarak rumah DF dan Kalimi sangat dekat.
Mereka tinggal dalam satu RW yang sama.
Kepada Tribun Jateng, Kalimi membenarkan bahwa dirinya memang bapak angkat Dicky di Kecamatan Karanganyar.
Hal itu disebabkan untuk membantu orangtua Dicky yang menginginkan anaknya bisa berubah lebih baik.
"Saya sama orangtuanya sudah kenal selama 20 tahun.
Bapaknya teman kerja saya di Surabaya.
Dia sudah saya anggap sebagai keluarga.
Bapaknya minta tolong saya untuk memondokkan Dicky.
Lalu saya pondokan ke pondokan dekat situ (rumah)," kata Kalimi.
Lebih lanjut, Kalimi menambahkan, orangtua Dicky ingin memasukkan anaknya ke pesantren karena dia anak yang jarang sekali pulang ke rumah.
Karena ingin anaknya berubah menjadi lebih baik, tutur dia, meminta tolong agar dicarikan pesantren untuk anaknya.
Pada Desember 2019, Dicky akhirnya masuk pesantren di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, dekat dengan rumah Kalimi.
Dalam proses perpindahannya dari Surabaya ke Demak, baik orangtua Dicky dan Kalimi, melengkapi surat perpindahan domisili.
Kepada Tribun Jateng, Kalimi menunjukkan surat yang terdiri 4 lembar.
Di lembar pertama,terdapat surat keterangan asal Dicky, di lembar kedua, surat keterangan yang menerangkan Dicky asal surabaya dan diangkat anak oleh Kamili selama menjadi santri di ponpes dan ditandatangani orangtua Dicky, Kalimi ketua RT, ketua RW, dan lurah tempat desa Kalimi bertempat. Dan di penghujung 2019, menjadi awal Dicky masuk pesantren.
"Dia hanya empat bulan di pesantren.
Setelah itu dikeluarkan karena bertengkar dengan sesama santri," ujar Kalimi dengan raut muka sedih.
Baku hantam itu, ujar dia, terjadi di depan rumahnya. Tetangga juga menyaksikan pertengkaran tersebut.
Menurut Kalimi, setelah dikeluarkan dari pesantren, dia bekerja di Semarang lalu ke Demak lagi membantunya anaknya Nurul jualan cimol.
Kalimi menuturkan, dalam kesehariannya selama tinggal di rumahnya, Dicky orang yang sopan.
Bahkan, tutur dia, setiap kali berbicara dengan dia dan istrinya, selalu menggunakan bahasa Jawa krama.
"Namun itu berubah selama 2 bulan ini.
Dia jarang pulang hidup seenaknya sendiri.
Hingga saya putuskan tidak sanggup lagi membimbing dia di sini," ucap Kalimi.
Mudah Marah
Kalimi mengakui, selain dikenal pendiam dan sopan, Dicky orangnya mudah marah.
"Anak saya juga disiksa, disakiti, ada lebam-lebam, ada gosong-gosong.
Aku bapaknya tidak pernah mukul atau gimana, paling ya bentak," ungkapnya.
Hal ini juga dibenarkan Nurul.
"Aku juga pernah diancam pakai pisau," ucapnya dengan raut muka sedih.
Atas kejadian yang berdampak buruk pada keluarganya, pada Jumat, (6/11/2020) Kalimi dan keluarganya berembuk dan memutuskan untuk mengembalikan Dicky ke orangtuanya.
Dicky, kata Kalimi, saat pulang ke Surabaya pun sudah pamit secara baik-baik kepada dirinya.
Sementara itu, Irfan, tetangga Kalimi, mengatakan, mengetahui sosok Dicky tapi tidak mengenalnya secara dekat.
"Orang jarang keluar.
Jarang kumpul sama anak muda sini," tuturnya.
Dia juga mengatakan, selama mengetahui Dicky tinggal di rumah Kalimi, ia melihat Dicky sosok yang pendiam.
Ingin Minta Maaf
Terkait kepribadian Dicky, Kalimi pun mengatakan hal yang sama.
Menurutnya, Dicky memang lebih sering di rumah.
Tapi, tutur dia, kebiasaan itu sebelum 2 bulan ini saat dia sudah berubah dan akhirnya membuat Kalimi memutuskan memulangkan lagi ke orangtuanya.
Kalimi mengakui apa yang dilakukan Dicky saat ini menggemparkan warga sekitar.
"Bahwa benar dia masuk sini, saya yang membawa dia.
Saya sudah punya izin ke rt, rw, dan lurah. ada bukti nyata.
Anda lihat sendiri kan buktinya. "
"Saya minta maaf ke keluarga korban.
Ada kejadian seperti ini kan pasti ada rasa tidak enak.
Khusus pribadi saya, saya jelas merasa bersalah, saya mau minta maaf ke bapak korban.
Saya minta maaf sekeluarga menyebabkan keresahan di masyarakat."
Dia mengungkapkan, hendak ke rumah duka untuk meminta maaf langsung.
Namun atas pertimbangan dari beberapa pihak dan kondisi keluarga yang masih dirundung duka, Kalimi menunggu kondisi normal.
Dia juga mengatakan, sebelum kejadian nahas itu, dia dan keluarganya pada Jumat, (6/11/2020) sudah memutuskan memulangkan Dicky ke orangtuanya.
Dan, pada Minggu, (8/11/2020) Dicky sudah pamitan pulang ke Surabaya.
Hal itu, kata Kalimi, ia lakukan karena perilaku Dicky sudah tidak bisa dinasihati dan ditolerir.(yun)
Baca juga: BREAKING NEWS: Pohon Tumbang di Jalan Pamularsih Semarang Tutup Total Akses Jalan, Lalulintas Macet
Baca juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Dokter di Klaten Meninggal Karena Corona, Jenguk Teman di Jakarta
Baca juga: Hyundai Grup Dipastikan Tempati Kawasan Industri Terpadu KIT Batang
Baca juga: FPI Klaim Didukung Pemda DKI Jakarta di Acara Habib Rizieq, Riza Patria Langsung Bantah