TRIBUNJATENG.COM, WASHINGTON DC - Donald Trump pada Selasa (12/1/2021) menolak bertanggung jawab terhadap penyerbuan Gedung Capitol oleh para pendukungnya.
Presiden Amerika serikat (AS) itu juga memperingatkan kemungkinan "kemarahan yang luar biasa" di seluruh negeri.
Meskipun, Trump juga mendesak massa untuk "damai dan tenang" selama kunjungan singkatnya ke perbatasan AS-Meksiko di Alamo, Texas, keseluruhan pesannya adalah menolak disalahkan dalam penyerbuan Gedung Capitol, seperti yang dilansir dari AFP pada Rabu (13/1/2021).
Baca juga: 9.888 KPM Kota Tegal Terima Bantuan Sosial Tunai
Baca juga: Video Detik-detik dari Dalam Pesawat Sriwijaya Air Jelang Take Off Kiriman Orangtua Sri
Baca juga: Kabar Duka, Dokter Prasetya Hudaya Meninggal Gara-gara Terpapar Corona di Solo
Baca juga: Hari Ini Anak yang Polisikan Ibu Kandung di Demak Cabut Laporan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS berencana pada Rabu (13/1/2021) akan menjadikan Trump sebagai presiden pertama dalam sejarah AS yang dimakzulkan kedua kalinya.
Pada Rabu pekan lalu (6/1/2021), Trump mengklaim bahwa dia adalah pemenang sebenarnya dari pemilihan 3 November, kemudian mendesak para pendukungnya untuk berdemo di Gedung Capitol.
Massa menyerang Gedung Capitol, berkelahi dengan polisi, menggeledah kantor, dan membuat anggota parlemen yang ketakutan untuk meninggalkan upacara yang menyatakan kemenangan pemilihan Demokrat Joe Biden.
Trump yang pemberontak dalam perjalanannya ke Texas bersikeras bahwa "semua orang" menganggap pidatonya "benar-benar tepat".
Trump menjuluki pemkzulannya sebagai "kelanjutan dari perburuan penyihir terbesar dalam sejarah politik."
Dia memperingatkan bahwa meski "Anda harus selalu menghindari kekerasan," para pendukungnya sangat marah.
"Aku belum pernah melihat kemarahan seperti itu," ucapnya.
Demokrat hampir pasti akan meloloskan pemakzulan di DPR.
Senat yang dikendalikan Republik telah dianggap tidak mungkin untuk mengadakan sesi darurat dan mengadili Trump sebelum masa jabatannya berakhir pada 20 Januari.
Namun, nampaknya partai yang telah dikuasai Trump selama 4 tahun terakhir itu pecah kongsi.
Menurut The New York Times, pemimpin mayoritas Senat yang kuat, Senator Mitch McConnell, telah mengatakan secara pribadi bahwa dia yakin Trump memang telah melakukan pelanggaran yang dapat dimakzulkan.
Di DPR, orang nomor tiga dari Partai Republik, Liz Cheney, mengatakan dia akan memberikan suara untuk memakzulkan presiden AS ke-45 itu.