TRIBUNJATENG.COM - Pria berinisial NAP (27) mengaku sebagai manajer Maskapai Citilink untuk menipu orang.
NAP meraup uang hingga Rp 100 juta dari hasil penipuannya itu.
Dia menggunakan uang tersebut untuk berfoya-foya hingga akhirnya terpapar Covid-19.
• Bupati Intan Jaya Papua Sebut KKB Siap Mengeksekusinya Jika Tidak Menuruti Keinginan Mereka
• Pabrik PT Indofood Terbakar, Satu Gedung Produksi Kemasan Mi Instan Ludes
• Terungkap Misteri Kematian Jengis Khan Sang Penakluk, Ahli: Bisa Jadi Pelajaran di Masa Pandemi
• KSAD Andika Perkasa Naikan Pangkat 8 Orang Jenderal TNI AD, Ini Daftarnya
NAP, pria 27 tahun ditangkap aparat Polresta Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) karena terbukti menipu enam orang dengan modus lowongan kerja di Maskapai Citilink.
Pria yang berprofesi sebagai make up artist atau perias pengantin itu, mengaku sebagai manajer maskapai ternama itu.
NAP menjanjikan enam orang bekerja pada bagian front office dan counter check dengan syarat membayar Rp 15-20 juta, dengan dalih biaya seragam dan administrasi.
Kasat Reskrim Polresta Bandara Soekarno Hatta, Kompol Alexander Yurikho, mengatakan, setidaknya NAP mendapat Rp 100 juta dari enam korbannya.
Penipuan itu terjadi pada November 2020.
Para korban diyakinkan telah bekerja di Citilink dengan sistem kerja dari rumah atau work from home (WFH).
"Itu dibuktikan dengan mereka tergabung dalam grup WA di mana dibuatkan oleh tersangka sesosok bernama saudara C yang diceritakan bahwa C adalah salah satu manajer," ujar Yurikho di Mapolresta Bandara Soetta, Tangerang, Senin (8/2/2021).
Setelah dilaporkan salah satu korban, Neneng Mulyantiari (39) pada Senin (11/1/2021), NAP ditangkap dua hari berselang, Rabu (13/1/2021) di indekos Wisma Garuda, Duri Kosambi, Jakarta Barat.
Yurikho mengatakan, NAP menggunakan uang hasil penipuan itu untuk berfoya-foya.
"Kerugiannya per orang di tentang 15-20 juta. Jadi kemungkinan dari enam korban 90-100 juta.
InsyaAllah uang ini akan kami cari pertanggungjawabannya untuk dari tersangka."
"Yang pasti dari hasil rekening yang kami telusuri, rata-rata habis buat bersenang-senang dan memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Yurikho.