Berita Semarang

Anindha Gauri: Tuna Netra Rawan Jadi Korban Pelecehan Seksual di BRT Trans Semarang

Penulis: iwan Arifianto
Editor: galih permadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi Halte Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang di Jalan Pemuda Kota Semarang, Senin (22/3/2021).

Dia mengungkapkan, para disabilitas menjadi kelompok rentan.

Catatannya, pada tahun 2017 di Kota Semarang telah terjadi kekerasan seksual yang memakan 18 korban.

Tahun 2018 ada 23 korban.

Tahun 2019 meningkat 27 korban.

Pelecehan tersebut didapat dari berbagai lokasi mulai dari lembaga pendidikan  dan fasilitas umum seperti halte.

"Untuk tahun 2020 belum kami data," terangnya.

Merujuk data tersebut, ada kenaikan tren kasus kekerasan seksual terhadap para disabilitas selama tiga tahun.

Dia meyakini angka itu merupakan fenomena gunung es yang masih banyak korban tak berani melaporkan.

"Selain itu, kendala utama dari kasus pelecehan bagi disabilitas dianggap sebagai aib sehingga pihak keluarga lebih menyimpan kasus itu alih-alih melaporkan ke pihak terkait," terangnya.

Sementara itu, Kepala Divisi Operasional BLU UPTD Trans Semarang, Stephanus Kusdiyarto menuturkan, data aduan terkait tindak kriminal termasuk pelecehan seksual terjadi di tahun 2017.

Dia tak menyebut detail jumlah kasusnya. 

Pihaknya mencatat, untuk tahun 2018 ada empat kasus masing-masing dua di bus dan dua di halte. 

Empat kasus tersebut terdiri dari satu pelecehan seksual dan tiga pencopetan. 

"BRT Trans Semarang mencatat tidak ada aksi kriminalitas di sepanjang tahun 2019 hingga 2020," terangnya. 

Dia menambahkan, melakukan berbagai upaya pencegahan tindak kriminalitas  dan aksi kekerasan seksual berupa menerjunkan tim lintas yang berpakaian bebas mengawasi pada saat jam ramai. 

Halaman
123

Berita Terkini