Berita Regional

Waspada Temukan Katak Garis Pohon, Kencingnya Bisa Membutakan Mata, Ini Foto Penampakan dan Wujudnya

Penulis: galih permadi
Editor: galih permadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Katak Garis Pohon

Kodok ini juga dapat berubah warna dari yang berpola agak gelap dan kontras di waktu malam, hingga pucat dan samar-samar di waktu siang.

Terdapat suatu garis atau pita gelap kehitaman sampai hitam antara hidung dengan mata, terus ke belakang melewati sisi atas timpanum (gendang telinga) sampai ke bahu.

Pita hitam itu dibatasi garis tipis kuning keemasan di sebelah atasnya, terutama dari mata hingga ke bahu di atas timpanum.

Katak Garis Pohon (Budi Santoso/BKSDA Jateng)

Garis keemasan serupa itu terdapat pula pada sibir sempit di sisi tangan, dari siku hingga ke sisi lateral (samping) jari-jari tangan; dan di sisi telapak kaki hingga sisi lateral jari-jari kaki.

Sisi bawah (ventral) berbintil halus, berwarna putih sedikit keemasan.

Tangan dan paha dengan garis-garis (coreng) miring kehitaman. Jari-jari di tangan berselaput renang setengahnya atau hampir tak ada.

Selaput renang di kaki berwarna kehitaman, mencapai ruas jari paling ujung; kecuali pada jari keempat (yang terpanjang), hanya mencapai ruas kedua dari ujung.

Mata besar, menonjol; iris kuning keemasan. Bibir atas keemasan, bibir bawah kehitaman.

Kebiasaan

Kodok yang sering ditemukan dekat pemukiman dan hutan sekunder.

Aktif terutama di malam hari, kodok ini sering terdengar berbunyi keras sejak menjelang magrib.

Katak-pohon bergaris memangsa aneka jenis serangga.

Pada musim kawin, banyak individu jantan (kadang-kadang hingga sekitar 10 ekor) yang berkumpul dekat kolam, parit atau genangan air lainnya. Kodok-kodok jantan ini memanjat semak-semak rendah atau pohon kecil di dekat genangan, hingga ketinggian 1 m atau lebih di atas tanah, serta bersuara sahut-menyahut dari tenggerannya itu untuk memikat kodok betina. Jika bertemu, pasangan kodok pohon ini lalu bergerak mencari posisi daun atau ranting yang menggantung di atas air untuk menempelkan telurnya.

Telur-telur itu diletakkan di sebuah sarang busa yang dilekatkan menggantung di atas genangan, pada daun, ranting, tangkai rumput, atau kadang-kadang juga pada dinding saluran air.

Gelembung-gelembung busa ini akan melindungi telur dari kekeringan, hingga saatnya menetas dan kecebongnya keluar berjatuhan ke air.

Halaman
123

Berita Terkini