Tetapi Solihin optimistis usaha barunya itu tak kalah menjanjikan.
Hingga ia memutuskan membabat kebun salaknya, lalu menggantinya dengan bibit Pisang Kirana.
"Awalnya hanya spekulasi. Karena bertani salak sudah tidak menguntungkan, " katanya.
Baca juga: Hari Tanpa Tembakau, Kilang Pertamina Cilacap Tukar Rokok dengan Paket Sehat
Baca juga: Lagi Satu Pemain Timnas Indonesia Dipulangkan ke Tanah Air Akibat Indispliner, Inilah Dia
Baca juga: Jeritan Minta Tolong Jam 2 Pagi Sebelum Mayat Remaja Putri Ditemukan: Termutilasi, Tubuh Terbakar
Baca juga: Video ODGJ Serang Pengguna Jalan Imam Bonjol Semarang Pakai Batu
Bukan hanya alasan ekonomi, Solihin prihatin kondisi sumber mata air di wilayahnya yang hilang.
Ia menduga kondisi itu karena masifnya tanaman salak yang memiliki karakter mirip Sawit, yakni rakus air.
Dengan menanam Pisang, ia berharap kondisi tanah di lahannya kembali pulih atau basah kembali.
Petani dari Desa Karangtengah Kecamatan Batur Irhamto mengatakan, pihaknya telah menanam sekitar 7000 bibit pisang yang tersebar di sejumlah wilayah atau kecamatan.
Pihaknya tak kebingungan untuk menjual hasil panen meski produk itu belum familiar di Banjarnegara.
Tak perlu jauh-jauh menjual ke luar kota, produk itu ternyata cukup diminati masyarakat lokal.
Nyatanya, produk pisang yang dijual pihaknya mampu terserap pasar lokal.
Irhamto pun semakin optimis usaha ini masih memiliki prospek yang cerah.
"Kami jual langsung, dibawa keliling desa, "katanya
Ia pun mengakui usahanya tak semata untuk mengejar keuntungan ekonomi.
Ia prihatin, petani salak akhir-akhir ini kerap merugi karena produktifitas lahan menurun karena umur pohon terlalu tua.
Di samping itu, harga salak juga sering tak bersahabat sehingga membuat petani merugi.