"Yang lebih mengkhawatirkan adalah kita tahu bahwa ada kelompok orang yang tidak divaksinasi. Jadi saya khawatir Delta menyebar dengan sangat cepat di kelompok-kelompok itu," tukasnya.
Dua pekan sebelum 5 Juni, CDC memperkirakan 10 persen kasus infeksi Covid-19 di AS merupakan varian Delta. Sekarang, menurut para pakar kesehatan AS, termasuk Anthony Fauci, varian itu menyumbang seperlima dari kasus di Negeri Paman Sam.
Fauci menyebut Delta sebagai ancaman terbesar AS dalam perjuangan melawan virus corona. "Pada beberapa hari yang lalu, sebesar 20,6 persen dari (pasien) isolasi adalah varian Delta. Angka itu terus bertambah setiap 2 minggunya," jelas Fauci.
Dihadapkan dengan varian yang lebih menular, ahli epidemiolog di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Justin Lessler memperkirakan lonjakan terjadi di akhir musim panas (September), atau di awal musim gugur.
Ia bekerja sama dengan belasan institusi lain di Pusat Pemodelan Skenario Covid-19 untuk meramalkan pandemi di masa depan. Model terbaru menemukan bahwa varian mirip Delta yang diasumsikan 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha, dapat mengakibatkan lonjakan Covid-19.
Hingga titik tertentu, varian itu bisa menyebabkan lebih dari 3.000 kematian per minggu di berbagai titik selama musim gugur dan musim dingin.
Namun menurut model tersebut, 86 persen orang AS yang memenuhi syarat divaksin, atau mereka yang berusia 12 tahun ke atas, dapat mencegah kasus kematian lebih dari 10 ribu pada akhir November.
Meski demikian, kecepatan vaksinasi melambat di beberapa negara bagian ASdalam beberapa minggu terakhir. Menurut Lessler, lonjakan covid-19 tidak akan dialami secara seragam di seluruh negeri.
"Negara bagian yang memiliki tingkat vaksinasi lebih rendah, dan tingkat vaksinasi yang diproyeksikan lebih rendah, yang berpotensi mengalami kenaikan (kasus covid-Red) itu," tukasnya. (cnn)