Penulis: Muhammad Sholekan
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Pihak pengelola kuttab, tempat belajar mengaji anak-anak yang diduga melakukan perusakan makam di kompleks pemakaman Cemoro Kembar, Mojo, Solo, buka suara.
Menurut Mudir Kuttab, Wildan, selama kurun waktu setahun anak-anak itu belajar, sudah bermain di makam tersebut.
Diketahui, kuttab itu berdiri menyewa sebuah rumah sejak Juni tahun lalu.
Dia menuturkan, anak-anak itu bermain di makam dengan motif mencari serangga.
Serangga itu mereka koleksi dan dibawa pulang ke rumah.
"Namun, kenapa jadi perusakan baru di penghujung tahun? Saya kira dikarenakan anak-anak sering menginjak-injak makam, maka rusaknya lambat laun. Penghujung tahun ini jadi tampak rusak," ucapnya, Rabu (23/6/2021).
Baca juga: Kapolresta Solo Secara Simbolik Letakkan Ornamen Nisan di Makam Mojo Solo: Mari Rajut Kebhinekaan
Baca juga: Dialog Dengan Anak Banyumas, Bupati Husein Minta Anak-Anak Harus Punya Mimpi
Baca juga: Proyek Revitalisasi Tak Jelas Kapan Selesai, Karyawan PG Rendeng Protes karena Giling Tebu Molor
Baca juga: Jadwal & Cara Daftar PPDB Jateng Pendaftaran Online SMP di Solo, Akses ppdb.surakarta.go.id/smp
Dia mengklaim, pengrusakan yang terjadi pada Rabu (16/6/2021) adalah di luar jam pelajaran sekolah.
"Dan anak-anak sudah pulang untuk menunggu penjemputan, di antaranya ada yang jajan, salat, berwudu, ngaji, ada yang bermain di makam ini. Maka hal itu saya kira hal yang wajar," tuturnya.
Dengann nada tinggi, dia berharap dengan tegas bagi para pers agar tidak memperpanjang perkara ini.
"Urusan sudah selesai. Desa ini sudah aman, ayem, dan tentrem. Maka eksternal jangan ikut campur lebih dalam," ungkapnya.
Wildan menambahkan, dari persoalan ini sudah ada mediasi sejak hari Rabu pekan lalu.
"Pihak kutab sepakat perbaikan makam begitu juga pak Kapolresta juga menyaksikan,” papar dia di sela-sela kerja bakti pembersihan makam Cemoro Kembar.
Terkait izin lembaga pendidikan, dia kembali mengklaim sudah mengajukan izin ke pihak Kemenag.
Namun, karena pandemi keluarnya izin menjadi lama.
"Kalau izin dari Kemenag, kami sudah ajukan izin. Namun ada penundaan, karena harus survei dan menunda karena corona," jelasnya.
Dia berkilah, kalau pihaknya sudah melarang anak-anak untuk bermain di makam.
"Murni sendiri, bahkan saya melarang untuk makan di makam. Di sini banyak jin, mudah masuk ke jiwa anak-anak," tandasnya.
Sementara itu, Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak secara simbolik meletakkan ornamen di salah satu makam yang diduga dirusak oleh anak-anak di kompleks pemakaman Cemoro Kembar, Mojo, Pasar Kliwon, Rabu (23/6/2021).
Menurutnya, TNI, Polri, Kemenag, masyarakat, maupun ormas datang bersinergi untuk melakukan perbaikan makam. Hal itu merupakan bentuk budaya Wong Solo.
Baca juga: Klasemen Lengkap Copa America 2021, Argentina dan Brasil Sama-sama Kedinginan di Puncak
Baca juga: BOR Sudah Mencapai 80 Persen, Pemkab Tegal Siapkan Sejumlah Puskesmas untuk Isolasi Terpusat
"Inilah tradisi budaya Wong Solo. Hidup rukun, damai, toleran, dan saling menghargai," ucapnya.
Menurutnya, semua elemen sepakat walaupun bukan saudar seiman, tapi sedarah sebangsa dan setanah air.
"Kita harus terus merajut kebhinekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itu harga mati. Kita guyub semua, kita perbaiki makam-makam yang rusak," ungkapnya. (*)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :