Ia sangat yakin Ibrahimovic masih bisa bermain di Eropa di tengah usianya yang nyaris 40 tahun, Raiola masih yakin Ibra sanggup berlaga di Eropa.
Dan AC Milan memang rumah yang tepat bagi Ibrahimovic.
Banyak yang menyebut kepindahan Ibrahimovic adalah proyek pensiun bagi sang pemain di AC Milan.
8 musim lalu, AC Milan menjual Ibrahimovic ke Paris Saint-Germain, dan salah satu penyesalan mantan CEO Milan, Adriano Galliani.
Musim itu, Milan baru saja kembali dari jeda musim dingin, di mana mereka dihajar Atalanta dengan skor 5-0.
Milan juga baru mengganti pelatih mereka Marco Giampolo dengan Stefano Pioli, Rossonerri berada di posisi ke-11.
Keraguan jelas merupakan hal yang wajar, mengingat Ibrahimovic baru saja operasi cidera ACL di Manchester United, dan tidak bermain selama 2 bulan setelah selesainya kompetisi MLS.
Kedatangan Ibra memberi damapak, rataan poin mereka meningkat dari 1,4 menjadi 2,1.
“Dengan sendirinya, jika dia tidak dibantu, Zlatan tidak bisa berbuat apa-apa karena sepak bola adalah olahraga tim,” direktur teknis Milan Paolo Maldini menjelaskan kepada The Athletic pada bulan September.
“Tanpa tim di belakangnya, bahkan (Lionel) Messi merasa sulit. Begitulah adanya. Tidak banyak yang bisa Anda lakukan. Ini adalah logika olahraga tim tetapi memiliki seseorang yang bertanggung jawab membantu.”
Kehadiran Ibrahimovic bukan hanya sebagai penyerang, ialah yang memimpin tim, berbicara di ruang ganti, dan tegas dengan karisma yang dimilikinya.
"Saya adalah presiden, pelatih dan pemain, semua digabung menjadi satu, tetapi mereka membayar saya hanya untuk satu peran" canda Ibrahimovic saat itu.
Ibrahimovic masuk dan ingin mengambil alih situasi 10 gol liga yang dia cetak dalam 16 pertandingan dua musim lalu memiliki nilai yang cukup besar.
Tetapi yang tidak berwujud lebih penting.
“Di dunia secara umum dan sepak bola, banyak hal berkembang tetapi beberapa konsep akan selalu benar,” kata Maldini kepada The Athletic.