TRIBUNJATENG.COM, TOKYO - Gelaran Olimpiade Tokyo 2020 di Jepang memiliki sisi gelap.
Para tunawisma putus asa setelah diusir demi membuat citra kota bersih di mata dunia.
Ratusan tunawisma di pusat kota Tokyo dipaksa menyingkir selama pertandingan bergengsi dunia berlangsung.
Baca juga: Melanggar Aturan, Lawan Greysia/Apriyani di Final Olimpiade Tokyo 2020 Resmi Dilaporkan ke BWF
"Pemerintah ingin kami pergi agar tidak terlihat," kata tunawisma Tetsuo Ogawa, seperti yang Kompas.com lansir dari BBC Indonesia pada Jumat (30/7/2021).
Ogawa menjadi tunawisma selama hampir 20 tahun.
Dia memprotes perlakuan yang tidak adil terhadap tunawisma.
Sejak Jepang terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2013, pemerintah bersikap keras terhadap tunawisma.
Taman-taman kota ditutup saat malam dan lampu dinyalaka, demi mencegah para tunawisma masuk.
Tenda tunawisma di sekitar stasiun kereta dan lokasi Olimpiade, disingkirkan.
Ogawa mengatakan tahu para tunawisma terpaksa diusir karena pembangunan stadion Olimpiade, tetapi ia dan para tunawisma lainnya bingung harus pindah ke mana.
"Kami tidak tahu di mana kami akan tinggal dan tidur," ucapnya.
Otoritas Jepang, mengancam akan menyita barang-barang mereka jika tidak segera pindah dari lokasi Olimpiade, kata Ogawa.
Sehingga, mau tidak mau mereka pergi dari lokasi itu dengan saling membantu memindahkan barang.
"Para tunawisma sudah putus asa," ungkap Ogawa yang memipin demo para tunawisma untuk menuntut keadilan.
Osamu Yamada, tunawisma berusia 62 tahun yang biasa tidur di belakang stadion Olimpiade pasrah ketika semua barangnya dipasang tanda pengusiran oleh otoritas Jepang.