“Baiklah, kalau begitu, kau juga harus duduk di sebelahnya,” kata Raja.
“Itulah yang saya inginkan,” kata pangeran keledai, dan dia kemudian berpindah dan duduk diantara Raja dan Putri.
Dia menempatkan dirinya dengan sangat baik, makan dan minum, dan tahu bagaimana berperilaku sopan sesuai adat istana.
Ketika binatang yang mulia itu tinggal lama di istana Raja, dia berpikir, “Apa gunanya semua ini bagiku? aku memiliki semuanya di kerajaanku?”
Dia merasa sedih dan akhirnya pergi ke Raja dan meminta ijin untuk pergi meninggalkan kerajaan.
Tetapi Raja telah menyayanginya, dan berkata, “Keledai kecil, apa yang membuatmu sedih? Kamu terlihat sangat murung,
aku akan memberikan apa yang kamu inginkan. Apakah kamu ingin emas? ”
“Tidak,” kata keledai itu, dan menggelengkan kepalanya.
“Apakah kamu ingin perhiasan dan pakaian mewah?”
“Tidak.”
“Apakah engkau menginginkan setengah kerajaanku?”
“Tidak.”
Kemudian raja berkata, “Aku tahu apa yang akan membuatmu bahagia. Maukah kamu menikah dengan putri cantik saya? ”
“Ah, ya,” kata keledai itu, “Dengan segala hormat sri baginda,” dan seketika itu juga pangeran keledai menjadi sangat ceria dan penuh kebahagiaan,
karena memang itulah yang dia harapkan.
Maka terjadilah pernikahan yang megah dan mewah.
Di malam hari, ketika pengantin dibawa ke kamar tidur mereka, Raja ingin tahu apakah keledai itu akan berperilaku baik,
dan memerintahkan seorang pelayan untuk bersembunyi di sana.
Ketika mereka berdua di dalam, pangeran keledai mengunci pintu, melihat sekeliling, dan karena dia percaya bahwa mereka hanya berdua,
dia tiba-tiba membuang kulit keledainya, dan berdiri di sana dalam bentuk seorang pangeran kerajaan yang tampan.
“Sekarang,” katanya, “kamu lihat siapa aku, dan lihat juga bahwa apakah aku layak untukmu.”
Kemudian putri raja menjadi sangat bahagia, memeluk dan menciumnya, dan sangat mencintainya.
Ketika pagi tiba, pangeran keledai melompat, memasang kembali kulit binatangnya.
Dan tidak akan ada yang bisa menebak wujud pangeran tampan yang tersembunyi di dalamnya.
Beberapa saat kemudian datang Raja, “Ah,” teriaknya, “apakah keledai kecil itu gembira? Tapi tentunya kamu sedih?”
katanya kepada putrinya, “bahwa kamu tidak memiliki pria yang tepat untuk suamimu?”
“Oh, tidak, ayah tersayang, aku mencintainya seperti halnya jika dia yang paling tampan di dunia, dan aku akan menjaganya selama aku hidup.”
Raja terkejut, tapi pelayan yang menyembunyikan dirinya datang dan menceitakan segalanya pada Raja.
Raja berkata, “Itu tidak mungkin benar.”
“Coba lah sri baginda lihat sendiri dimalam nanti. Jika hal itu terjadi lagi, ambil dan bakarlah kulit keledainya dan dia akan menjadi pangeran tampan selamanya.”
“Nasihatmu bagus,” kata Raja, dan pada malam hari ketika mereka tertidur, dia menyelinap masuk,
dan ketika dia sampai di tempat tidur dia melihat dengan cahaya bulan seorang pemuda gagah terbaring di sana.
Di lantai tergeletak kulit keledai. Jadi raja mengambilnya, dan menyalakan api besar di luar, dan melemparkan kulit itu ke dalamnya.
Dia menunggu sampai semuanya terbakar menjadi abu.
Namun, karena dia sangat ingin tahu apa yang akan terjadi, dia kembali mengendap masuk kedalam kamar putrinya
dan tetap terjaga sepanjang malam untuk mengawasi.
Ketika pemuda itu bangun pada cahaya pertama di pagi hari, dan ingin memakai kulit keledainya.
Dia sangat panik karena tidak menemukan kulit keledainya.
Dengan penuh kesedihan dan kecemasan, berkata, “Sekarang saya harus pergi.” Dia merasa malu karena khawatir dianggap telah menipu Raja.
Tetapi ketika dia akan pergi, di sana berdiri Raja, yang berkata, “Anakku, ke mana kau akan pergi dengan terburu-buru? apa yang kamu pikirkan?
Tinggallah di sini, engkau adalah suami dari putriku, engkau tidak akan pergi dariku.
Sekarang aku akan memberikan kepadamu setengah kerajaanku, dan setelah kematianku kamu akan memiliki seluruhnya. “
Dan rajapun memberinya setengah kerajaan, dan dalam waktu satu tahun, ketika dia meninggal.
Pemuda itu memiliki seluruh kerajaan, dan setelah kematian ayahnya dia memiliki kerajaan lain juga, dan hidup dalam segala kebahagiaan. (*)