Kisah VOC dan Janji Doni Monardo Pada Ganjar Pranowo

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto bareng Ketum PPAD Doni Monardo.

PPAD sudah menjalin kerjasama dengan pihak bank. Sangat dimungkinkan untuk pembiayaan sektor perumahan bagi pensiunan yang belum memiliki rumah. Apalagi, PPAD memiliki organ binaan, Hipakad (Himpunan Putra-Putri Keluarga Angkatan Darat).

Demikian juga sektor kesehatan. Anggaran pemerintah tidak akan cukup, karena tidak semua dicover asuransi. Dengan adanya unit-unit usaha di lingkungan PPAD provinsi, kabupaten/kota diharap mampu memberi layanan kesehatan kepada anggota. “Itu cita-cita kita ke depan. Rumah dan kesehatan, menjadi prioritas,” tegasnya.

Potensi Kayu

Jawa Tengah adalah provinsi yang sangat potensial. Dengan jumlah penduduk sekitar 40 juta, ditambah banyak industri besar, sudah seharusnya Hipakad bersama PPAD mulai membuka pasar. Ia memberi contoh tentang potensi kayu.

Ekspor produk kayu Indonesia masih sangat kecil. International Trade Center (ITC) menyebut angka 142 miliar dollar AS potensi dari industri kayu. Selama ini, negara-negara Skandinavia yang paling banyak memanfaatkan peluang tersebut. “Negara-negara semenanjung Skandinavia, seperti Finlandia, Islandia, Swedia, Denmark, dan Norwegia adalah negara-negara yang kaya raya karena kayu. Tingkat kebahagiaan masyarakat Skandinavia juga sangat tinggi. Selain kayu, mereka juga pengekspor ikan salmon,” tutur Doni.

Untuk diketahui, kayu-kayu di Skandinavia baru bisa dipanen setelah 40 tahun. Akan tetapi, mereka sudah merintisnya sejak ratusan tahun lalu, dan dilestarikan hingga hari ini. Industri kayu di Skandinavia bahkan sudah menjadi bisnis keluarga turun-temurun. “Pengalaman tugas di Paspampres dari Dan Grup A hingga Dan Paspampres, memberi kesempatan saya melihat dari dekat, betapa pemanfaatan lahan yang baik dan benar bisa memberi ruang kesejahteraan bagi rakyat,” ujar Doni.

Ia bahkan menganalogikan bangsa kita dua kali “dijajah” Swedia. Tahun 70-an, Swedia “menjajah” Indonesia dengan mobil-mobil Volvo. Lalu era 2000-an, Swedia kembali “menjajah” lewat produk-produk furniture Ikea. “Padahal dulu kita punya Ligna, yang iklannya ‘kalau sudah duduk lupa berdiri’. Sekarang Ligna di mana?” tanya Doni.

Menurut Doni, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar di bidang perkayuan, khsusnya Jawa Tengah yang terkenal dengan industri kayu ringan. “Kami berkunjung ke Solo, salah satu produsen produk kayu. Mereka menerima berapa pun produk kayu ringan. Di sisi lain, pohon sengon sangat tubuh di bumi Jawa Tengah. PPAD harus bisa memanfaatkan peluang ini. PPAD Pusat bersama Sampoerna Kayu akan menyiapkan bibit yang berkualitas,” katanya.

Indonesia sebenarnya penghasil kayu terbesr di dunia, karena punya hutan tropis yang sangat besar, sangat variatif, ada begitu banyak jenis kayu yang punya nilai ekonokmi tinggi. Kayu-kayu yang mahal harganya itu antara lain ulin, merbau, meranti, ebony, bitti, dan lain-lain. Sebagian jenis kayu itu nyaris punah. Antara lain ebony.

Untuk kayu jangka pendek, ada jabon, sengon, yang tumbuh singkat dan bisa panen dalam waktu lima sampai enam tahun. “Pemerintah dan dunia usaha harus mendapat dukungan dari purnawirawan, supaya kita bisa bersatu meningkatkan ekonomi masyarakat,” tandas Doni.

Masih di Jawa Tengah, Doni menunjuk industri jamu yang juga tak kalah besar dalam hal peluang menyumbang devisa bagi negara. “Pak Gubernur kami mohon bisa memberi masukan kepada perguruan tinggi untuk merancang penelitian agar jamu kita kelak bisa menjadi obat alternatif. Sangat banyak varietas herbal di Tanah Air yang tentu bisa menjadi bahan obat-obatan herbal. Jika digarap serius, Indonesia bisa merajai pasar obat-obatan herbal dunia,” Doni optimistis.

Mantan Kepala BNPB (2019-2021) itu juga menyodorkan data menakjubkan. “VOC yang bercokol di tanah air kita tiga abad lebih, saat ini menjadi salah satu perusahaan terkaya di dunia. Asetnya mencapai 7,9 triliun US dollar (sekitar Rp 115 kuadriliun rupiah). Sedangkan APBN kita, belum pernah lebih dari Rp 3.000 triliun. Bandingkan!” kata Doni seraya menambahkan, “kekayaan itu sebagian besar disumbang dari hasil rempah-rempah kita.”

VOC adalah monumen sejarah yang nyata. Ia kaya raya karena rempah-rempah Nusantara. Bahkan pernah satu masa, harga satu kilogram pala sama dengan harga 1 kilogram emas. Bukti nyata adalah Pulau Run di Kepulauan Banda (Maluku) yang menjadi ajang rebutan Inggris dan Belanda.

Mati-matian Belanda dan Inggris berperang untuk menguasai perdagangan dunia. Terhitung dari tahun 1652-1654 perang pertama dilakukan dan perang kedua dimulai dari tahun 1665. Hingga akhirnya pada 31 Juli 1667, Traktat Breda dikeluarkan untuk memberi solusi damai dari perang-perang tersebut.

Salah satu isi dari Traktat Breda adalah Inggris harus mengakhiri kekuasaan mereka di Pulau Run, Kepulaun Banda, dan menyerahkan kepada Belanda. Sebagai gantinya, koloni Belanda, yakni Nieuw Amsterdam di Amerika Utara (kini Manhattan, New York) diserahkan ke Inggris. “Manhattan kini salah satu kota megah dan kaya raya di Amerika Serikat, sementara Pulau Run begitu-begitu saja,” ujar Doni prihatin.

Halaman
123

Berita Terkini