Korban juga diminta menyediakan dua botol air mineral, sebagai syarat pengobatan.
Setelah beberapa kali terapi urut, korban dinyatakan hamil.
Untuk meyakinkan korban, pelaku Teteh dan Mariah melakukan tes ke hamilan dengan cara mengambil urine korban.
Tes ke hamilan, tidak langsung dilakukan di hadapan korbannya, namun di kamar lain agar tidak dilihat korban.
Alat tes ke hamilan, dicelupkan ke urine milik orang lain yang memang sudah hamil agar muncul tanda garis dua yang menunjukkan positif hamil.
Korban yang sudah ditunjukkan hasil positif hamil, baru diminta sejumlah uang sebagai biaya untuk pengobatan yang selama ini dilakukan.
"Setelah dinyatakan positif hamil, para korban ini diminta untuk kontrol," kata dia.
Tetapi korban tidak boleh kontrol ke tempat lain, melainkan harus di tempat pelaku praktik.
Ternyata, Teteh dan Mariah sudah bekerjasama dengan Dwi yang bertugas menjadi bidan.
Namun, Dwi ini, backgroundnya bukan bidan melainkan perawat.
Dwi ini lah yang bertugas, untuk meyakinkan korban sudah hamil dengan cara melakukan pemeriksaan secara medis.
Lanjut Sigit, korban yang sudah dinyatakan hamil tetap diminta untuk kontrol.
Namun, sudah beberapa bulan dinyatakan hamil korban merasa ada keanehan lantaran, masih datang bulan dan tidak menunjukan tanda ke hamilan.
Karena itulah, korban memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan dan hasilnya para korban ini sama sekali tidak hamil. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Bayinya Tak Ada saat Dicek ke Dokter Kandungan, 300 Perempuan Kena Prank si Teteh