TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dalam rangka menyambut Hari Kartini sekaligus mengapresiasi peran wanita di masa kini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan talkshow bertema “Kiprah Wanita di Era Uncertainty”.
Talkshow ini digelar secara hybrid dari Gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Tengah dan dibuka oleh Kepala KPwBI Jateng Rahmat Dwisaputra.
Kegiatan talkshow menghadirkan Ketua TP PKK Kota Semarang Tia Hendrar Prihadi, Ketua Korwil PPUMI Jateng sekaligus Desainer Tuty Adib, dan Psikolog Samanta Elsener.
Rahmat Dwisaputra mengatakan, kegiatan yang merupakan Road to Kartini Mengajar ini sebagai salah satu wujud kepedulian serta apresiasi BI terhadap peran perempuan Indonesia dalam memberikan pengaruh terhadap kemajuan zaman.
Apresiasi dimulai dengan mengingat sosok pahlawan perempuan Indonesia yaitu RA Kartini yang telah berperan memperjuangkan hak-hak perempuan baik dalam kehidupan sosial maupun pendidikan.
Menurutnya, peran perempuan ini terus berlanjut di era globalisasi dan digital ini.
Terutama di tengah badai pandemi Covid-19, menurutnya justru semakin menunjukkan peran sentral perempuan dalam upaya penanganan dan pemulihan dampak pandemi.
Rahmat melanjutkan, adapun peran perempuan dalam pandemi ini utamanya yakni menaklukkan pandemi bagi keluarga, masyarakat dan sekaligus sebagai penggerak ekonomi di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Perempuan berperan penuh dalam penerapan prokes bagi keluarga dan masyarakat. Dalam dunia kerja, peran perempuan selama pandemi ini juga semakin besar.
Melalui momentum perayaan Hari Kartini 21 April mendatang yang rencananya diadakan di Mal Paragon, diharapkan berbagai sinergi yang dilakukan BI bersama pemerintah baik provinsi maupun kota serta stakeholder pendukung, mampu memberi dampak positif dan signifikan terhadap pemberdayaan perempuan di era uncertainty ini," lanjut Rahmat.
Di sisi itu, Tia Hendi menyampaikan peran para perempuan dan juga ibu di Kota Semarang dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.
Istri Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi itu mengatakan, yang dihadapi selama Pandemi ini tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga ada sosial, budaya, ekonomi bahkan angka kekerasan yang meningkat di samping juga peran ganda seorang ibu di tengah sekolah daring.
Menurutnya, perempuan ini memiliki peran yang sangat besar dalam kebangkitan melawan pandemi utamanya di sisi domestik.
"Para ibu ini menyerahkan jiwa raga agar keluarga tetap sehat. Itu butuh perjuangan luar biasa.
Di tengah penurunan Covid-19 Kota Semarang di level I saat ini, perempuan berkontribusi luar biasa. Mereka selalu mengingatkan keluarga untuk patuh prokes," jelasnya.
Adapun di sektor ekonomi, Tia menyebutkan, perempuan memiliki peran besar dalam memulihkan perekonomian di Kota Semarang.
Hal itu terlihat dari dominasi pelaku UMKM yang merupakan para perempuan dan kini telah bangkit dari keterpurukan.
"Ekonomi untuk UMKM yang tadinya terpuruk ada loncatan, sebagian besar dari mereka adalah ibu-ibu.
Jumlah tahun 2021, ibu-ibu ini sekitar 4000-an dan bapak-bapak sekitar 1000 an.
Ini terjadi loncatan. Ibu-ibu yang awalnya berjualan tradisional, saat ini lbih melek terhadap teknologi," kata Tia.
Tuty Adib dalam kesempatan sama mengatakan, memang saat pandemi Covid-19 menerpa, banyak muncul permasalahan di tiga sektor UMKM yaitu fesyen, kuliner, dan kriya.
Namun, disebutkan, para perempuan ini kemudian segera bangkit dengan mengambil langkah untuk terus berinovasi.
"(Pandemi) seperti terjun bebas, semua merasakan hal sama: pelaku usaha fesyen tiba-tiba beralih usaha kuliner, karena waktu itu justru kuliner tetap jalan.
Beberapa tetap bertahan membuat inovasi sesuai kebutuhan di kala pandemi, pegawai yang ada yang di-PHK dan ada juga yang dikurangi jam kerjanya kemudian banting setir berjualan.
Di sana terlihat siapa yang kreatif dan yang tidak.
Alhamdulillah, ada insentif-insentif dari pemerintah.
Kami bisa melalui prahara pandemi itu.
Tim kami, workshop itu semua perempuan," ujarnya.
Samanta yang merupakan psikolog anak dan keluarga menambahkan, dengan ketidakpastian yang terjadi di tengah pandemi Covid-19 ini, perempuan tetap bisa berdiri tegak.
Mereka memiliki karakteristik unggul karena telah terbiasa menghadapi tantangan sehari-hari.
"Sejak dulu, situasi menuntut untuk berinovasi terus-menerus. Seperti ada standar nilainya, perempuan tegar dulu dan memiliki kesadaran diri. Dia bergerak, tidak tega melihat sesama ibu kok kayaknya curhat pusing pasti ada satu yang bergerak. Gerakan perempuan inilah yang membangkitkan perempuan sekitarnya," ungkapnya.
Ia juga mengatakan, rasa penasaran yang dimiliki perempuan membuat mereka termotivasi.
"Makanya kalau satu bergerak akan membawa yang lain menjadi satu komunitas, lama-lama menjadi satu kota hingga satu negara.
Ini memotivasi kita. Ibu Kartini menjadi inspirasi. Ibu-ibu dikasih kesempatan makanya berani dan motivasi belajar semakin besar," imbuhnya. (idy)