Sunarso menuturkan, terdapat tiga tugas penyuluh digital. Pertama, mengajak atau mengajari masyarakat yang belum melek layanan perbankan digital, sehingga lebih digital savvy, seperti bisa membuka rekening secara digital.
Kedua, mengajari masyarakat untuk melakukan transaksi secara digital. Ketiga, menyosialisasikan dan mengajari masyarakat untuk mengamankan rekeningnya dari kejahatan-kejahatan digital.
“Ini yang harus kami lakukan, bagian dari pada journey masyarakat yang harus diikuti dalam rangka menuju masyarakat yang lebih digital, dan cashless dalam transaksi,” tandasnya.
Fenomena Lama
External Faculty Member bidang Sustainable Finance Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Rizky Wisnoentoro menyatakan, fenomena berkurangnya kantor cabang bank sebetulnya bukan hal baru di dunia. Di Eropa seperti Belanda misalnya, dalam kurun waktu awal 2000-an sampai sebelum covid-19, fenomena seperti ini sudah terjadi.
"Memang, salah satu penyebab utamanya ialah peralihan market yang semakin matang menggunakan inovasi teknologi (saat itu bergerak dari industri 3.0 menuju 4.0). Dengan demikian, bagi bank pun dapat membantu mereduksi struktur biaya secara signifikan," ujarnya, melalui pesan singkat kepada Tribun.
Karena itu, saat pandemi global semakin menghimpit dalam berbagai keterbatasan, bisa dipahami jika opsi pengurangan kantor semakin menjadi pilihan.
Dari sini, tantangan utamanya ialah bagaimana bank dapat beradaptasi dengan kemunculan obyek-obyek bisnis baru, yang juga memerlukan governance dan risk management baru pula.
"Dari pandemi ini kita belajar, antisipasi daya tahan di jangka panjang harus menjadi prioritas. Dari sisi layanan misalnya, salah satu tantangannya ialah bagaimana membangun trust dan relationship melalui digital, baik secara vertikal (internal bank) maupun horizontal (bank dan nasabah maupun pemangku kepentingan lain)," paparnya.
Rizky mengungkapkan, hal yang biasanya kental dengan interaktivitas manusia kini mulai berganti dengan medium berbasis komputer.
Menjaga keseimbangan dalam proses transformasi dinilainya akan menjadi kunci utama, apalagi masih terdapat lapisan masyarakat di Indonesia yang belum sepenuhnya mampu menguasai teknologi digital.
"Baik penguasaan secara pengetahuan, ketersediaan jaringan internet, maupun kepemilikan perangkat atau gawai yang perkembangannya semakin pesat," pungkasnya. (Tribun Network/ism/van/wly/TRIBUN JATENG CETAK)