TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengajak para wisatawan yang mendatangi acara Batik Specta Nusantara untuk menjadi kaum Rojali bukan Rohali.
Sebutan yang diucapkan orang nomor satu di kota Lunpia itu ternyata berupa akronim.
"Jadilah Rojali bukan Rohali. Rohali rombongan hanya lihat-lihat. Rojali rombongan jajan dan beli," ujarnya saat memberikan sambutan di event Batik Specta Nusantara di Kota Lama , Sabtu (1/10/2022).
Pihaknya mengaku, selalu mendukung pelestarian batik.
Hal itu ditunjukkan dalam kegiatan sehari-hari maupun kebijakan revitalisasi kampung batik.
Untuk kegiatan sehari-hari ditunjukan dengan kebijakan mengenakan batik bagi ASN tiga kali seminggu setiap Selasa, Kamis dan Jumat.
"Pemerintah kota Semarang setiap selasa Kamis Jumat para ASN juga mengharuskan pakai batik Semarang," katanya.
Apalagi belum lama ini ada pertemuan dengan Presiden RI pada 29 September yang dihadiri Hendi.
Pada pertemuan itu setiap kepala daerah diminta ikut menekan laju inflasi dengan cara bangga memakai buatan barang dalam negeri.
"Bangga memakai busana dalam negeri karena batik adalah pasti buatan Indonesia," ujarnya.
Disamping itu, Pemkot Semarang juga melakukan revitalisasi kampung batik.
Hendi sempat memaparkan sejarah singkat kampung batik.
Ia memaparkan, perjalanan kampung batik dimulai pada tahun 1890.
Kampung batik puncak jayanya di perang dunia pertama karena ketika itu impor sandang dibatasi.
"Maka banyak masyarakat memakai batik termasuk para kolonial sebagai busana," jelasnya.