TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Dindik Kota Pekalongan terus mengkaji penerapan kurikulum muatan lokal (mulok) kebencanaan, untuk bisa dimasukan dalam materi pembelajaran di tingkat sekolah dasar (SD) di Kota Pekalongan, pada 2023.
Kepala Dindik Kota Pekalongan, Zainul Hakim menjelaskan, pemberian mulok kebencanaan di jenjang SD ini dimaksudkan agar pelajar tidak pasif, apatis, dan paham apa yang harus dilakukan dalam menghadapi perkembangan perkotaan yang semakin kompleks.
Baca juga: Beginilah Kala Hotel Santika Pekalongan Gelar Event Shabu dan Grill, Dikonsep Limited Seat
Baca juga: 12 Anggota Panwascam Sudah Dilantik, Bawaslu Kota Pekalongan: Mulai Kerja Hingga Selesainya Pemilu
Termasuk di dalamnya, potensi kebencanaan yang bisa terjadi kapan saja di Kota Pekalongan.
Seperti terkait permasalahan banjir dan rob, sungai yang dipenuhi limbah, sampah, dan sebagainya.
"Kelak harapannya, jika mereka nanti menjadi seorang ilmuwan bisa turut serta mengatasi permasalahan kebencanaan dan permasalahan lingkungan di Kota Pekalongan."
"Kurikulum tersebut semacam terkait mitigasi bencana yang akan dijadikan materi pembelajaran di tingkat SD," kata Zainul Hakim kepada Tribunjateng.com, Minggu (30/10/2022).
Baca juga: Lantik Karang Taruna, Wali Kota Pekalongan Ajak untuk Jalin Sinkronisasi Kerja yang Baik
Zainul menyebutkan, dalam lokakarya ini, dilakukan pembahasan bersama antara jajaran Dindik Kota Pekalongan, kepala sekolah dan pengawas SD untuk berdiskusi serta mendapatkan masukan-masukan.
Tujuannya agar kurikulum mulok kebencanaan di tingkat SD bisa benar-benar optimal diterapkan nantinya.
"Jika sudah diakumulasi masukan-masukan dari berbagai pihak, insya Allah pada 2023 kurikulum mulok kebencanaan ini sudah bisa diterapkan di jenjang SD."
Baca juga: BI Tegal dan TPID Pekalongan Gelar Operasi Pasar Murah
"Mengingat, sebelumnya Kota Pekalongan juga sudah ada mulok BTQ dan batik," imbuhnya.
Pihaknya menambahkan, di dalam konten kurikulum mulok kebencanaan yang akan diimplementasikan mulai dari kelas 1-6 SD ini.
Seperti masalah bencana banjir, rob, penurunan muka tanah, sampah, dan wabah penyakit.
"Kota Pekalongan menjadi kota pertama kali di Indonesia, yang menginisiasi pengimplementasian kurikulum mulok kebencanaan di tingkat SD ini," tambahnya. (*)
Baca juga: Kadarlusman Minta Lindu Aji Terus Bersinergi dengan Pemkot Semarang
Baca juga: 110 Fighter Kick Boxing Ramaikan Kualifikasi Porprov Jateng, KONI Harap Jadi Jalan ke Prestasi PON
Baca juga: Kurang 24 Jam, Polisi Bekuk Pelaku Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya Tersimpan di Tas Laundry
Baca juga: Ini Alasan Haruna Soemitro Mundur dari Jabatan di Asosiasi Provinsi PSSI DKI Jakarta