Banjir Semarang

Pasca Banjir, Dinkes Kota Semarang Temukan 1 Kasus DBD

Penulis: Eka Yulianti Fajlin
Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga melintasi banjir di kawasan Kota Lama Semarang, Sabtu (31/1/2023).

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang menemukan satu kasus demam berdarah dengue (DBD) pasca terjadinya banjir di ibu kota Jawa Tengah.

Hal ini menjadi perhatian masyarakat agar tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) pasca banjir. 

Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengatakan, telah melakukan surveilans aktif di wilayah-wilayah banjir diantaranya Mangkang, Semarang Barat, Gayamsari, Semarang Utara, dan Pedurungan.

Dari hasil surveilans tersebut, angka bebas jentik (ABJ) di wilayah-wilayah tersebut memiliki persentase yang rendah yakni di bawah 50. Padahal, ABJ seharusnya diatas 95.

Baca juga: Korban Bertindak Sigap, Maling di Sragen yang Beroperasi Dini Hari Ini pun Tak Berkutik

Baca juga: Nasib Sial Pasutri Pencuri Motor di Demak, Motor Curian Mogok Saat Dikejar Warga, Akhirnya Pasrah

Selain itu, Dinkes melakukan pemeriksaan nonstruktural 1 (NS1) terhadap para korban banjir yang mengalami demam.

Pihaknya menemukan satu kasus demam berdarah dengue (DBD) di Semarang Barat. 

"Banjir banyak air, di timbunan air banyak jentik. Kemarin ditemukan di daerah Semarang Barat satu kasus DBD. Hasil pemeriksaan NS1 menunjukan positif," beber Hakam, Selasa (10/1/2023). 

Lebih lanjut, Hakam menambahkan, Dinkes juga melakukan pemeriksaan kesehatan lingkungan pasca banjir. Petugas masuk ke rumah warga untuk mengukur PH air.

Jika PH kurang dari 7 dapat dicurigai adanya kuman. Begitu pula jika kandungan PH lebih dari 8 perlu diwaspadai mengandung bakteri, misalnya kandungan E coli yang tinggi. 

"Ini ditindaklanjuti ke labkes. Harapannya nanti jangan sampai mengonsumsi sumber air tidak dalam keadaan matang," sambungnya. 

Mencegah munculnya DBD pasca banjir, dia mendorong masyarakat membersihkan sisa-sisa air yang berada di rumah maupun lingkungan sekitar rumah agar tidak menjadi sarang nyamuk.

Air yang digunakan dalam jangka waktu lama bisa diberi abate atau obat pembasmi nyamuk. Masyarakat juga diharapkan bisa melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin. 

"Jadi, edukasinya ke masyarakat harus lebih detail lagi," imbuhnya. (eyf)

Berita Terkini