"Kami memasang rambu-rambu imbauan hati-hati di lokasi yang belum tertangani termasuk menandai lokasi-lokasi lubang," ujar Hadi.
Pihaknya sebagai penyelenggara jalan memohon maaf kepada pengguna jalan dan mengimbau agar tetap berhati-hati di jalan mengingat kondisi jalan yang masih belum tertangani.
"kami selalu melakukan upaya perbaikan jalan," ucapnya.
Terpisah, Profesor Ilmu Kependudukan dan Lingkungan, Saratri Wilonoyudho mengatakan, secara teori curah hujan memang merusak apapun termasuk infrastruktur jalan.
Namun, yang perlu menjadi catatan kondisi jalan rusak berlangsung berulang kali selama bertahun-tahun.
Artinya harus ada yang ditinjau ulang jangan-jangan kualitas jalannya tidak berkualitas baik.
"Saya berhipotesa kualitas jalannya memang kurang baik," bebernya kepada Tribun.
Baca juga: Keluyuran Naik Motor Tengah Malam, Bocah 13 Tahun Kecelakaan Terjungkal di Jalan Berlubang
Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang itu mengungkapkan, persoalan tersebut bisa diteliti untuk mengukur seberapa jauh kekuatan jalan baik dari segi aspal, kedalaman dan seterusnya.
Sama halnya dengan kondisi curah hujan saat iklim paling ekstrem dapat dihitung sehingga dalam pembuatan infrastruktur dapat merujuk dengan data tersebut.
"Artinya tidak ada alasan baik itu alasan iklim atau banjir semua datanya ada. Zaman sekarang tidak ada alasan untuk mengkambinghitamkan cuaca saja," imbuhnya. (Iwn)