Ia pun berharap, dari pandemi semua pihak dapat belajar bersama teruama soal edukasi Covid-19.
Sebab, pandemi Covid-19 banyak informasi simpang siur terkait penyakit tersebut sehingga ada beberapa kejadian tak perlu terjadi.
Semisal ketika ada penolakan pemakaman jenazah Covid-19 yang menyulitkan kerja para relawan.
"Takut boleh tapi jangan berlebihan," tegasnya.
Pakar epidemiologi Dr Mahalul Azam menilai, pandemi Covid-19 memang karakteristik penyakitnya belum diketahui secara menyeluruh sehingga terjadi kewaspadaan tinggi.
Respon masyarakat ketika itu sangat waspada atau bisa disebut takut karena kondisi ketika itu masih awal adanya Covid-19 diumumkan masuk ke Indonesia.
Masyarakat juga menyedot informasi tidak hanya satu sumber sehingga persepsinya menjadi berbeda.
Apalagi waktu itu banyak simpang siur informasi, kabar hoax, dan lainnya. Kondisi itu membuat persepsi masyarakat jadi beragam.
"Keadaan jadi kacau sehingga sebenarnya peran tenaga promosi kesehatan menjadi penting," terang Dosen di jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu.
Tenaga promosi kesehatan yang ia maksud yakni memiliki tugas menyampaikan informasi dan menyakinkan masyarakat agar menerima informasi tersebut.
Tugas itu memang berat karena hanya menyampaikan informasi ke seluruh masyarakat.
"Penyempurnaan informasi dari tenaga promosi kesehatan agar informasi disampaikan dengan jelas dipahami dengan baik dan yakin akan dilaksanakan," tandasnya.
Dilansir dari laman https://siagacorona.semarangkota.go.id/ kasus positif Corona, update terakhir pada Rabu , Maret 2023 pukul 18.35 WIB.
Baca juga: 2 Tahun Dana Desa Untuk Atasi Covid-19, Hartopo Berharap 2023 Bisa Fokus Infrastruktur
Dengan rincian pasien terkonfirmasi positif masih menjalani perawatan 0, sedangkan pasien suspek 0.
Pasien sembuh pada tahun 2020-2022 mencapai 100.710 pasien.
Meninggal sebanyak 8.152.
Maka, total kasus terkonfirmasi sejak tahun 2020 hingga saat ini mencapai angka 108.862. (Iwn)