Berikut ini video 6 tahun lapak PKL Suryokusumo tak ditempati, Pemkot Semarang kehilangan PAD ratusan juta.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Lapak pedagang kaki lima (PKL) Suryokusumo, di Jalan Suryokusumo, Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan tak ditempati selama enam tahun.
Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang pun kehilangan pendapatan asli daerah (PAD) dari retribusi lapak PKL tersebut.
Satpol PP Kota Semarang bertindak tegas menyegel seluruh lapak PKL Suryokusumo.
Total ada 432 lapak. Sebanyak 57 diantaranya masih ditempati namun tetap dilakukan penyegelan karena tidak ada retribusi.
Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto mengatakan, lapak ini sudah kosong selama enam tahun.
Padahal, potensi pendapatan yang bisa didapatkan dari lapak tersebut cukup besar.
Retribusi lapak senilai Rp 750 per meter per hari.
"Bangunan ini eranya beberapa kepala dinas mulai dari Pak Trijoto, Fajar, Fravarta, Nurkholis. Sekarang, saya kembali lagi sebagai Plt, saya langsung eksekusi.
Sudah kosong enam tahun bayangkan saja berapa ratus juta yang hilang," papar Fajar di sela-sela penyegelan, Rabu (12/4/2023).
Fajar menegaskan, penyegelan ini menjadi peringatan terakhir.
Pedagang yang masih berjualan akan tetap boleh berjualan dengan catatan membayar retribusi.
Sedangkan, lapak yang kosong rencananya akan diperuntukan bagi pedagang lain.
Pihaknya akan mengalihkan lapak ini kepada pedagang yang bersedia menempatinya.
"Ini vonis terkahir, saya tidak ada urusan. Pedagang di sini yang masih berjualan saya prioritaskan. Yang kosong kami serahkan ke PKL Karya Mandiri," tegasnya.
Dia berharap tidak ada pedagang yang komplain karena selama ini mereka sudah meninggalkan lapak tersebut.
Perda Nomor 3 Tahun 2018 tentang PKL menyebutkan jika satu bulan lapak tidak ditempati menjadi ranah Dinas Perdagangan.
"Apabila ada yang buka policeline akan kami pidanakan. Ini sepi karena semua pedagang manja. Pemkot menyediakan fasilitas gratis. Begitu sepi, mereka berjualan di pinggir jalan," paparnya.
Seorang PKL Suryokusumo, Esti mengaku tidak mengetahui alasan para pedagang meninggalkan lapaknya.
Meski kondisi sepi, dia tetap berjualan di lokasi tersebut.
"Di sini sepi kalau tidak jualan online ya tidak laku. Harapannya ya bisa dibina, digelar event untuk menarik pembeli karena ini tempatnya di ujung," ujar Esti.
Dia pun tidak mengetahui bakal ada penyegelan ini.
Setiap hari, dia selalu berjualan di sana namun memang tidak ada yang menarik retribusi.
Penarikan retribusi terakhir dilakukan sebelum pandemi.
"Dulu ada yang nariki sebelum pandemi. Setelah itu, tidak ada retribusi selama pandemi. Setelah pandemi, belum ditariki lagi," jelasnya. (eyf)