TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Memasuki usia ke-77, lembaga Bhayangkara terus ditempa waktu.
Banyak cerita anggota polisi yang mencoreng institusinya. Di sisi lain, banyak anggota pula yang mati-matian mengabdi di masyarakat.
Seperti yang dilakukan Bhabinkamtibmas Bergaslor Polsek Bergas, Polres Semarang, Aipda Kak Agus Hermanto.
Aipda Agus di wilayah kerjanya rutin melakukan antarjemput sekolah terhadap disabilitas dan anak dari keluarga tak mampu di wilayahnya.
"Iya, kalau saya antarjemput anak disabilitas dan anak dengan kondisi ekonomi tidak mampu, mereka saya antarjemput pakai motor dinas saya," kata Aipda Agus , Jumat (30/6/2023).
Ia dengan menunggangi motor dinasnya setiap pagi dan siang bolak-balik ke SDN Bergaslor 2.
Niat awalnya berinisiatif antarjemput anak tersebut lantaran merasa kasihan melihat mereka jalan kaki terutama para siswa yang jauh dari sekolah.
Hal yang paling membuat terharu yakni kakak beradik bernama Azril dan Azam yang mana masih sama- sama kelas 1 SD.
Azril memiliki kendala berupa disabilitas wicara. Setia harinya, anak itu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
"Uang saku kedua anak tersebut diberi Rp5 ribu berdua, pekerjaan orangtuanya jualan siomay dan memiliki lima saudara lainnya sehingga kondisi mereka memang butuh perhatian," ungkapnya.
Tak hanya mengabdi, anggota polri juga banyak yang berprestasi.
Di antaranya yakni Kapolsek Candisari Polrestabes Semarang Iptu Handri Kristanto yang merupakan eks wasit liga 1 Indonesia yang dulu disebut sebagai Indonesian Super League (ISL).
Tak hanya sebagai wasit biasa, pria berusia 41 tahun itu pernah menyabet penghargaan wasit terbaik ISL tahun 2014.
Penghargaannya itu semakin menasbihkan Handri sebagai polisi yang tak hanya pintar menyemprit penjahat melainkan pula nyemprit pemain bola nakal.
"Iya itu dulu, sekarang sudah non-aktif," katanya kepada Tribun Jateng, Jumat (30/6/2023)
Karir Handri Kristanto di dunia wasit rupanya cukup mentereng, ia sempat terbang ke Brunei Darussalam untuk mengikuti seleksi wasit FIFA.
Hebatnya, hanya dua orang wasit saja yang mewakili Indonesia dalam kesempatan seleksi itu.
Selepas menorehkan beragam prestasi di dunia perwasitan, ia memutuskan non-aktif sementara jadi wasit pada tahun 2019.
"Ya, soalnya saat ini sedang ada tugas penting lain yang harus saya laksanakan," beber pria asli Semarang itu.
Diakuinya, menjadi Kapolsek sejak Oktober 2021, mulai saat itulah meninggalkan sepenuhnya dunia perwasitan.
Tentu tak mudah baginya untuk meninggalkan dunia si kulit bundar yang sudah menjadi hobinya sejak kecil.
"Dari kecil sudah suka bola, sempat menekuni sepak bola di Persikas Apac Inti sejak tahun 1997 sampai 2000," ujarnya.
Baginya, menjadi wasit maupun polisi tidak jauh beda.
Keduanya, sama-sama mengayomi dan melindungi masyarakat.
Untuk itu baik ketika menjadi wasit atau polisi, ia merasa masih menjalankan satu profesi.
"Sama-sama menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat," terangnya.
Terpisah, Peneliti Pusat Kajian Militer dan Kepolisian (Puskampol) Andy Suryadi masih terdapat sisi positif dari lembaga Bhayangkara.
Menurutnya, masih ada anggota yang mengabdi kepada masyarakat dengan sepenuh hati.
Hanya saja, mereka kadangkala jauh dari sorotan kamera.
"Banyak anggota yang masih tetap mengabdi di masyarakat, persoalannya kegiatan positif anggota kurang memiliki nilai berita," katanya, Jumat (30/6/2023).
Oleh karena itu, butuh upaya keras dari humas polri untuk me-blow up para anggota tersebut.
Hal itu dilakukan untuk mengimbangi hal-hal buruk Polri dengan berita baik karena masih banyak polisi yang baik berjuang mati-matian mengabdi di masyarakat.
"Ini tantangan bagi Humas Polri di setiap wilayah,"
Meskipun dalam upaya tersebut tentu akan ada dua stereotipe yang melekat yakni pencitraan dan riya.
"Perlu kerja-kerja kreatif Humas di Kepolisian dengan membuat sesuatu proporsional ada baik dan buruknya yang sama-sama di-blow up," tuturnya. (Iwn)
Capt foto / Iwan Arifianto.
Memasuki usia ke-77, lembaga Bhayangkara diharapkan terus mengabdi seperti yang dilakukan para anggota polisi yang membantu warga evakuasi mobil Gran Max yang alami kecelakaan di Jrakah, Tugu, Kota Semarang, Sabtu (5/9/2020) silam. (*)