Apa Itu Malam 1 Suro? Begini Sejarah Bulan yang Kerap DIkaitkan dengan Hal Mistis
TRIBUNJATENG.COM - Apa itu Bulan Suro? Begini sejarah dan kaitan malam bulan Suro dengan hal-hal mistis.
Apa itu Malam 1 Suro?
Bulan Muharram dalam kalender Islam dikenal orang Jawa sebagai bulan Suro kalender Jawa.
Malam 1 Suro bertepatan dengan 1 Muharram atau tahun baru Islam yang termasuk satu di antara 4 bulan Istimewa dalam Islm.
Di tahun ini 1 Suro pada Rabu 19 Juli 2023.
Asal usul nama Suro
Dilansir oleh Kompas.com, menguti dari buku Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam-Jawa (2010) karya Muhammad Sholikhin
Kata Suro merupakan sebutan bagi bulan Muharram dalam masyarakat Jawa.
Kata Suro sebenarnya berasal dari kata "asyura" dalam bahasa Arab.
Asyura berati "sepuluh", yakni tanggal 10 bulan Muharram.
Asyura dalam lidah masyarakat Jawa menjadu Suro.
Jadilah kata Suro sebagai khasanah Islam-Jawa sebagai nama bulan pertama kalender Islam maupun Jawa.
Kata Suro juga menunjukkan arti penting 10 hari pertama bulan itu dalam sistem kepercayaan Islam-Jawa.
Di mana dari 29 atau 30 bulan Muharram yang dianggap paling keramat adalah 10 hari pertama atau lebih tepatnya sejak tanggal 1 hingga 8.
Malam Satu Suro dan kaitannya dengan hal mistis
Dilansir oleh Tribun Jogja.com, nama malam 1 Suro adalah nama lain dari malam 1 Muharam dalam penanggalan Hijriah.
Ihwal ini tak terlepas soal penanggalan Jawa dan kalender Hijriah yang memiliki korelasi dekat.
Khususnya sejak zaman Mataram Islam di bawah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).
Penanggalan Hijriah memang di awali bulan Muharam.
Oleh Sultan Agung kemudian dinamai bulan Suro.
Kala itu Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.
Ia kemudian memadupadankannya dengan penanggalan Hijriah.
Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriah pergerakan Bulan.
Kalender Hijriah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat.
Sedangkan kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.
Rupanya, Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang pada waktu itu agak terpecah antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).
Dalam kepecayaan Kejawen, Bulan Suro memang dianggap istimewa.
Penganut Kejawen percaya bulan tersebut merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa.
Aji Saka kemudian membebaskan rakyat Jawa dari cengkeraman mahluk gaib raksasa.
Selain itu bulan ini juga dipercayai sebagai bulan kelahiran huruf Jawa.
Kepercayaan tersebut ternyata terus turun menurun hingga saat ini.
Di Indonesia khususnya masyarakat Jawa, malam satu suro dikenal sebagai malam yang identik dengan suasana sakral dan mistis
Bahkan sebagian kalangan menganggap bulan Suro, terutama malam 1 Suro punya nilai mistis tersendiri atau cenderung dianggap angker.
Tak sedikit mitos yang beredar di malam 1 suro yang dipercayai tak boleh dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. (*)