Berita Pati

Prihatin! Masyarakat Lereng Kendeng Gelar Upacara Bendera di Tumpukan Sampah Sukolilo Pati

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJATENG.COM, PATI - Masyarakat lereng Pegunungan Kendeng menggelar upacara rakyat di Sungai Kali Tus, Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Pati, Kamis (17/8/2023).

Upacara itu digelar di sungai yang dipenuhi sampah sebagai wujud kritik.

Peserta upacara didominasi kalangan Petani Kendeng dari Rembang, Blora, Grobogan, Kudus, dan Pati yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK).

Baca juga: Ngeri! Mobil HRV Masuk Tengah Hutan Lereng Pegunungan Kendeng Pati, Yudha Merasa Jalan Halus

Ada pula kalangan buruh, akademisi, aktivis mahasiswa, hingga perangkat desa.

Di lapangan upacara, terpasang spanduk yang ditujukan kepada Presiden RI Joko Widodo. 

Tulisan dalam spanduk tersebut berisi harapan agar presiden segera menormalisasi sungai.

"Pak Jokowi, tulung kaline ndang dikeduk ben petani iso nandur. (Pak Jokowi, tolong sungainya segera dikeruk/dinormalisasi supaya petani bisa menanam)," begitu bunyi tulisan tersebut.

Upacara digelar secara khidmat. 

Pengibaran bendera merah putih dilakukan oleh Pertiwi dan Wiji Kendeng.

Seorang pria memanjat tiang bambu untuk memasang bendera. 

Setelah bendera terpasang dan berkibar, peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama.

Di tengah upacara, ditampilkan aksi teatrikal seorang perempuan menaiki perahu dan mengambil sampah yang ada di sungai.

Upacara ditutup dengan doa bersama dan aksi membersihkan Sungai Tus dari sampah yang menumpuk.

Ketua JMPPK Gunretno mengatakan, upacara rakyat dalam rangka memperingati HUT Ke-78 RI ini mengusung tema Merdiko Mbangun Jiwo.

"Maksudnya, kita bersama sebagai bangsa telah dikarunia negeri yang gemah ripah loh jinawi. Jiwa bangsa yang peduli terhadap cita-cita luhur para pendiri bangsa," kata dia.

Tema ini juga mengandung makna jiwa bangsa yang peduli terhadap kelestarian Ibu Bumi, jernihnya air sungai, kelestarian sumber mata air, kualitas udara yang semakin buruk akibat aktivitas pertambangan dan pemanasan global, dan peduli terhadap perjuangan petani dalam melindungi ruang-ruang produksinya agar bisa terus menanam.

"Karena dari keringat petani kita bisa tetap makan untuk hidup. Peduli terhadap fenomena dengan semakin sedikitnya generasi muda yang mau menjadi petani," ujar pria yang juga tokoh Sedulur Sikep ini.

Masyarakat lereng Pegunungan Kendeng menggelar upacara rakyat di Sungai Kali Tus, Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Pati, Kamis (17/8/2023).

Upacara kali ini, kata dia, sengaja diselenggarakan di onggokan sampah di pangkalan Kali Tus Desa Baturejo.

Dia menyebut, Sungai Tus mengalir dari Pegunungan Kendeng sampai Juwana. 

Bagi dia, Sungai Tus mestinya menjadi urat nadi masyarakat. 

Namun kenyataannya yang ada memprihatinkan, sungai ini justru dipenuhi sampah.

"Sungai yang mengalir dari hulu Pegunungan Kendeng hingga hilir Juwana ini seharusnya menjadi urat nadi agar sawah-sawah cukup air saat musim kemarau dan terhindar dari banjir saat musim penghujan," kata dia.

Namun, lanjut Gunretno, sejak November 2022 hingga Juli 2023, banjir bandang mengakibatkan sawah-sawah belum bisa ditanami hingga kini.

Dia menyebut, berdasarkan data dari Dinas Pertanian Pati, banjir bandang menggenangi area persawahan seluas 7.072 hektar yang tersebar di 10 kecamatan. 

"Hal ini tentu berdampak serius terhadap ancaman puso dan krisis pangan. Perbaikan dari hulu hingga hilir harus berjalan bersama-sama," kata dia.
Terjadinya banjir bandang, menurut Gunretno, tidak terlepas dari aktivitas pertambangan di wilayah Pegunungan Kendeng dan pola hidup membuang sampah ke sungai. 

Baca juga: Cetak Rekor MURI, 5.731 Peserta Berpakaian Adat Samin Nikmati Sego Buntel Daun Jati di Blora

"Pemerintah melalui BBWS Pemali-Juana sebetulnya sudah menganggarkan normalisasi Sungai Juwana sejak 2019 hingga 2023 dengan dana yang fantastis. Mulai dari Rp 40 miliar hingga Rp 230 miliar. Namun nyatanya hingga saat ini, Pangkalan Kali Tus masih saja dangkal dan penuh dengan tumpukan sampah seperti yang terlihat hari ini," papar dia.

Gunretno berharap Presiden Joko Widodo memberi perhatian khusus untuk menangani kerusakan alam di Pegunungan Kendeng dan Sungai Tus yang kondisinya dangkal.

"Ini satu tulisan (spanduk) untuk disampaikan kepada pak Jokowi bahwa anggaran untuk normalisasi masih sedikit, kita butuh menangani masalah ini," ucap Gunretno. (mzk)

Berita Terkini