TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Berdasarkan hasil kajian tim pakar Audit Kasus Stunting (AKS) kondisi anak gagal tumbuh di Banyumas bisa dilihat dari usia 0 sampai 6 bulan.
Tim AKS, dr. Agus Fitrianto mengatakan sangat penting asupan gizi di 1.000 hari pertama kehidupan.
Jenis kelamin bayi yang terkena gagal tumbuh rata-rata adalah bayi perempuan atau 60 persen.
Dari angka 60 persen bayi yang gagal tumbuh itu seperempatnya berawal dari bayi-bayi yang lahir prematur.
Berdasarkan data yang dihimpun pemberian ASI Ekslusif oleh para ibu menyusui di Banyumas sudah mencapai 60 persen.
"Tapi kita perlu pertanyakan pemberian ASI Ekslusif mencapai 60 persen.
Tetapi gangguan gagal tumbuh bayi justru sejak 0 sampai 6 bulan," terangnya.
Oleh karena itu pihaknha merekomendasikan bagaimana nutrisi yang dimakan ibu hamil dan ibu menyusui.
"Nutrisi ASI belum optimal, memberikan ASI ibu agar nutrisi lebih baik.
Revitalisasi pemakaian buku KIA di posyandu.
Kalau ada indikasi gagal tumbuh akan segera diintervensi.
Kemudian screening penyakit bawaan dan penguatan sistem rujukan secara cepat, dan pentingnya pemenuhan kebutuhan hewani," terangnya kepada Tribunbanyumas.com.
Kemudian Ketua Tim Pengendalian Percepatan Stunting (TPPS) Kabupaten Banyumas, Sadewo Tri Lastiono mengatakan stunting harus diselesaikan semua pihak.
Pihaknya mengatakan dari tahun 2021 kasus stunting di Banyumas adalah 21,5 persen.
Kemudian turun di 2022 menjadi 16,6 persen berdasarkan survey dari status gizi Indonesia.