Namun, setelah diperiksa oleh petugas medis, diketahui bahwa korban telah meninggal dunia.
Keluarga korban segera melaporkan kejadian ini kepada Ambulance Hebat dan dilanjutkan kepada pihak kepolisian.
"Berdasarkan rekaman dari kamera pengawas (CCTV), terlihat tersangka keluar dari rumah pada jam 03.18 dengan berjalan kaki," jelasnya.
Anak Korban KDRT Cari Ibu
Sebelumnya dilaporkan, Arisa Ariani (22), seorang warga Sendangguwo, Tembalang, Kota Semarang, telah mengalami nasib tragis setelah menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh suaminya hingga menyebabkan kematiannya.
Namun, nasib dua anak korban juga mengalami trauma akibat kehilangan ibu mereka. Bahkan, anak korban yang paling kecil masih mencari-cari ibunya. Mereka menyebut nama ibunya berulang-ulang.
Anak tersebut tidak menyadari bahwa ibunya telah dibunuh oleh sang ayah dalam kondisi mabuk karena minuman keras.
"Anak korban berjumlah dua orang yang masih sangat muda. Yang tertua berada di kelas 1 SD, sementara yang paling muda masih berada di tingkat TK. Mereka terlihat sangat trauma. Yang anak TK ini bahkan terus menangis dan mencari-cari ibunya," ucap Nani, seorang Pekerja Sosial Masyarakat di Kecamatan Tembalang, pada Senin (28/8/2023).
Sebelum meninggal, Arisa mengalami kekerasan yang sangat kejam oleh suaminya, Yuda Bagus Zakharia, yang bekerja sebagai pengrajin keris. Kejadian ini terjadi pada dini hari Senin (28/8/2023).
Wajah dan tubuh Arisa dipenuhi luka memar dan sayatan yang parah. Arisa dan Yuda adalah warga dari satu kampung yang sama. Setiap malam, Arisa tidur di rumah orangtua Yuda.
"Ketika terjadi penganiayaan, mertua laki-laki pelaku berada di rumah tetapi tidak berbuat apa-apa. Katanya takut dibunuh, padahal dalam keadaan sehat seharusnya ia dapat melakukan panggilan telepon, pesan melalui aplikasi pesan, atau meminta pertolongan kepada siapa pun ketika terdeng