TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Bakal calon presiden (capres) Partai Gerindra, Prabowo Subianto hingga kini belum menentukan sosok bakal calon wakil presiden (cawapres) yang akan menjadi pendampingnya di ajang kontestasi pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Ketua Umum Partai Gerindra itupun mengakui, tidak mudah menentukan sosok untuk mendampinginya maju sebagai cawapres. Terlebih dengan bertambahnya dua partai pengusungnya di Koalisi Indonesia Maju, nama baru dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Dari sejumlah nama yang beredar saat ini, Prabowo menyebut, seluruhnya memiliki potensi. Setidaknya, ada empat nama yang digadang layak untuk maju sebagai cawapres untuk Koalisi Indonesia Maju. Prabowo berkelakar, kalau memungkinkan cawapres yang maju ada empat orang.
"Jadi memang benar koalisi kami ini punya agenda besar Gus (Muhaimin), mencari wakil presiden, tidak ringan. Kalau saya mau tanya Prof Yusril bisa nggak kita ubah wakil presidennya empat saja. Bagaimana? Wakil presiden 1, wakil presiden 2," ujarnya, dalam sambutan di acara rangkaian HUT ke-25 PAN, di Golden Ballroom, Hotel Sultan, Jakarta, Senin (28/8) malam.
Ia lantas menyinggung beberapa negara yang memiliki wakil presiden lebih dari satu. Menurut dia, kesulitan memilih sosok cawapres itu karena beberapa nama yang muncul saat ini memiliki keunggulan. "Di beberapa negara ada loh kayak gitu, karena begitu banyak orang hebat," jelasnya.
Kelakar Prabowo itu kemudian terhenti, dan langsung menyinggung kalau penentuan nama cawapres untuk Koalisi Indonesia Maju nantinya akan dilakukan secara musyawarah mufakat.
Adapun, musyawarah mufakat itu akan turut melibatkan para ketua umum (ketum) partai politik (parpol) di Koalisi Indonesia Maju, yakni Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dari PKB, Zulkifli Hasan alias Zulhas dari PAN, Airlangga Hartarto dari Golkar, dan Yusril Ihza Mahendra dari PBB.
"Tapi saya percaya dengan apa yang disampaikan pak Zul Hasan ini nanti kami laksanakan tradisi kami, tradisi kami warisan nenek moyang kita, adat budaya bangsa kita, yaitu musyawarah, musyawarah mufakat," tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Prabowo memberikan pidato politik dan diakhiri dengan kelakar pantunnya. Dalam pantunnya, Prabowo memuji sosok Zulkifli Hasan alias Zulhas sebagai Ketua Umum yang dinilai berhasil membawa PAN.
"Saya akhiri sambutan saya dengan pantun. Cikini ke Gondangdia, itu lagu yang lagi beken. Pak Zulhas Ketumnya, membuat PAN makin keren," ucapnya, disambut riuh tepuk tangan kader PAN.
Tak berhenti di situ, Prabowo juga memberikan dua pantun lainnya di depan puluhan ribu kader PAN. Di pantun selanjutnya, Prabowo menyinggung soal harapan bagi PAN, hingga soal kawan lama yang tak boleh dilupakan.
"Pergi ke pasar membeli sarapan, mampir sebentar membeli ikan. Partai Amanat Nasional semakin terdepan, Kadernya hebat Ketumnya Zulkifli Hasan. Satu dua cempaka biru, tiga empat dalam jambangan. Walau kita mendapat kawan baru, kawan lama dilupa jangan," papar Menteri Pertahanan itu disambut sorakan gembira kader PAN.
Belajar dari Jokowi
Sebelumnya, dalam pidato politiknya, Prabowo mengaku banyak belajar dari Jokowi yang dua kali mengalahkannya di pilpres 2014 dan pilpres 2019. Awalnya, Prabowo menyanjung kepemimpinan Zulhas sebagai Ketua Umum PAN yang membuat partai semakin baik.
Kepemimpinan Zulhas dinilai Prabowo membawa PAN kembali bangkit dan menunjukkan tren meningkat. "PAN sedang berada dalam trajectory meningkat, ini karena kepemimpinan, kreativitas ketua umum, dan tokoh-tokoh PAN. Gerindra saya anjurkan belajar," bebernya, dikutip dari YouTube Gerindra TV.